Selasa, 13 Oktober 2020

Aku Meniduri Istri Teman Baikku Sendiri

Cerita Sex 2020 - Waktu di jam dinding menunjukkan sudah pukul 19:30 WIB, namun Bobby belum juga datang. Dalam hati kecilku, Jangan-jangan Bobby mau bermalam di kampungnya, aku tidak mungkin bermalam berdua dengan istrinya di rumah ini. Saya lalu teriak minta pamit saja dengan alasan nanti besok saja ketemunya, tapi istri Bobby berteriak melarangku dan katanya, “Tunggu dulu pak, nasi yang saya masak buat bapak sudah matang. Kita makan bersama saja dulu, siapa tahu setelah makan Bobby datang, kan belum juga larut malam, apalagi kita baru saja ketemu,” katanya penuh harap agar aku tetap menunggu dan mau makan malam bersama di rumahnya. Tak lama kemudian, iapun keluar memanggilku masuk ke ruang dapur untuk menikmati hidangan malamnya. Sambil makan, kamipun terlibat pembicaraan yang santai dan penuh canda, sehingga tanpa terasa saya sempat menghabiskan dua piring nasi tanpa saya ingat lagi kalau tadi saya bilang sudah kenyang dan baru saja makan di rumah. Malu sendiri rasanya. “Bapak ini nampaknya masih muda. Mungkin tidak tepat jika aku panggil bapak kan? Sebaiknya aku panggil kak, abang atau Mas aja ya,” ucapnya secara tiba-tiba ketika aku meneguk air minum, sehingga aku tidak sempat menghabiskan satu gelas karena terasa kenyang sekali. Apalagi saya mulai terayu atau tersanjung oleh seorang wanita muda yang baru saja kulihat sepotong tubuhnya yang mulus dan putih? Tidak, saya tidak boleh berpikir ke sana, apalagi wanita ini adalah istri teman baikku, bahkan rasanya aku belum pernah berpikir macam-macam terhadap wanita lain sebelum ini. Aku kendalikan cepat pikiranku yang mulai miring. Siapa tahu ada setan yang memanfaatkannya.
“Bolehlah, apa saja panggilannya terhadapku saya terima semua, asalkan tidak mengejekku. Hitung-hitung sebagai panggilan adik sendiri,” jawabku memberikan kebebasan. “Terima kasih Mas atas kesediaan dan keterbukaannya” balasnya, sambil berjalan ke dalam kamarnya. Setelah selesai makan, aku lalu berjalan keluar sambil memandangi sudut-sudut ruangannya dan aku sempat mengalihkan perhatianku ke dalam kamar tidurnya di mana aku melihat tubuh terbaring tanpa busana tadi. Ternyata betul, wanita itulah tadi yang berbaring di atas tempat tidur itu, yang di depannya ada sebuah TV color kira-kira 21 inc. Jantungku tiba-tiba berdebar ketika aku melihat sebuah CD tergeletak di sudut tempat tidur itu, sehingga aku sejenak membayangkan kalau wanita yang baru saja saya temani bicara dan makan bersama itu kemungkinan besar tidak pakai celana, apalagi yang saya lihat tadi mulai dari pinggul hingga ujung kaki tanpa busana. Namun pikiran itu saya coba buang jauh-jauh biar tidak mengganggu konsentrasiku. Setelah aku duduk kembali di kursi tamu semula, tiba-tiba aku mendengar suara TV dari dalam, apalagi acaranya kedengaran sekali kalau itu yang main adalah film Mahabate yaitu film kegemaranku. Aku tidak berani masuk nonton di kamar itu tanpa dipanggil, meskipun aku ingin sekali nonton film itu. Bersamaan dengan puncak keinginanku, tiba-tiba, “Kak, suka nggak nonton filmnya Mahabate?” teriaknya dari dalam kamar tidurnya. “Wah, itu film kesukaanku, tapi sayangnya TV-nya dalam kamar,” jawabku dengan cepat dan suara agak lantang. “Masuk saja di sini kak, tidak apa-apa kok, lagi pula kita ini kan sudah seperti saudara dan sudah saling terbuka” katanya penuh harap.
Lalu saya bangkit dan masuk ke dalam kamar. Iapun persilahkan aku duduk di pinggir tempat tidur berdampingan dengannya. Aku agak malu dan takut rasanya, tapi juga mau sekali nonton film itu. Awalnya kami biasa-biasa saja, hening dan serius nontonnya, tapi baru sekitar setengah jam acara itu berjalan, tiba-tiba ia menawarkan untuk nonton film dari VCD yang katanya lebih bagus dan lebih seru dari pada filmnya Mahabate, sehingga aku tidak menolaknya dan ingin juga menyaksikannya. Aku cemas dan khawatir kalau-kalau VCD yang ditawarkan itu bukan kesukaanku atau bukan yang kuharapkan. Setelah ia masukkan kasetnya, iapun mundur dan kembali duduk tidak jauh dari tempat dudukku bahkan terkesan sedikit lebih rapat daripada sebelumnya. Gambarpun muncul dan terjadi perbincangan yang serius antara seorang pria dan seorang wanita Barat, sehingga aku tidak tahu maksud dari pembicaraan dalam film itu. Baru saja aku bermaksud meminta mengganti filmnya dengan film Mahabate tadi, tiba-tiba kedua insan dalam layar itu berpelukan dan berciuman, saling mengisap lidah, bercumbu rayu, menjilat mulai dari atas ke bawah, bahkan secara perlahan-lahan saling menelanjangi dan meraba, sampai akhirnya saya menatapnya dengan tajam sekali secara bergantian menjilati kemaluannya, yang membuat jantungku berdebar, tongkatku mulai tegang dan membesar, sekujur tubuhku gemetar dan berkeringat, lalu sedikit demi sedikit aku menoleh ke arah wanita disampingku yakni istri teman lamaku. Secara bersamaan iapun sempat menoleh ke arahku sambil tersenyum lalu mengalihkan pandangannya ke layar. Tentu aku tidak mampu lagi membendung birahiku sebagai pria normal, namun aku tetap takut dan malu mengutarakan isi hatiku. “Mas, suka nggak filmnya? Kalau nggak suka, biar kumatikan saja,” tanyanya seolah memancingku ketika aku asyik menikmatinya. “Iiyah, bolehlah, suka juga, kalau adik, memang sering nonton film gituan yah?” jawabku sedikit malu tapi mau dan suka sekali. “Saya dari dulu sejak awal perkawinan kami, memang selalu putar film seperti itu, karena kami sama-sama menyukainya, lagi pula bisa menambah gairah sex kami dikala sulit memunculkannya, bahkan dapat menambah pengalaman berhubungan, syukur-syukur jika sebagian bisa dipraktekkan.
“Sungguh kami ketinggalan. Saya kurang pengalaman dalam hal itu, bahkan baru kali ini saya betul-betul bisa menyaksikan dengan tenang dan jelas film seperti itu. Apalagi istriku tidak suka nonton dan praktekkan macam-macam seperti di film itu,” keteranganku terus terang. “Tapi kakak suka nonton dan permainan seperti itu kan?” tanyanya lagi. “Suka sekali dan kelihatannya nikmat sekali yah,” kataku secara tegas. “Jika istri kakak tidak suka dan tidak mau melakukan permainan seperti itu, bagaimana kalau aku tawarkan kerjasama untuk memperaktekkan hal seperti itu?” tanya istri teman lamaku secara tegas dan berani padaku sambil ia mendempetkan tubuhnya di tubuhku sehingga bisikannya terasa hangat nafasnya dipipiku. Tanpa sempat lagi aku berfikir panjang, lalu aku mencoba merangkulnya sambil menganggukkan kepala pertanda setuju. Wanita itupun membalas pelukanku. Bahkan ia duluan mencium pipi dan bibirku, lalu ia masukkan lidahnya ke dalam mulutku sambil digerak-gerakkan ke kiri dan ke kanan, akupun membalasnya dengan lahap sekali. Aku memulai memasukkan tangan ke dalam bajunya mencari kedua payudaranya karena aku sama sekali sudah tidak mampu lagi menahan birahiku, lagi pula kedua benda kenyal itu saya sudah hafal tempatnya dan sudah sering memegangnya. Tapi kali ini, rasanya lain daripada yang lain, sedikit lebih mulus dan lebih keras dibanding milik istriku. Entah siapa yang membuka baju yang dikenakannya, tiba-tiba terbuka dengan lebar sehingga nampak kedua benda kenyal itu tergantung dengan menantang. Akupun memperaktekkan apa yang barusan kulihat dalam layar tadi yakni menjilat dan mengisap putingnya berkali-kali seolah aku mau mengeluarkan air dari dalamnya. Kadang kugigit sedikit dan kukunyah, namun wanita itu sedikit mendorong kepalaku sebagai tanda adanya rasa sakit. Selama hidupku, baru kali ini aku melihat pemandangan yang indah sekali di antara kedua paha wanita itu. Karena tanpa kesulitan aku membuka sarung yang dikenakannya, langsung saja jatuh sendiri dan sesuai dugaanku semula ternyata memang tidak ada pelapis kemaluannya sama sekali sehingga aku sempat menatap sejenak kebersihan vagina wanita itu.
Putih, mulus dan tanpa selembar bulupun tumbuh di atas gundukan itu membuat aku terpesona melihat dan merabanya, apalagi setelah aku memberanikan diri membuka kedua bibirnya dengan kedua tanganku, nampak benda kecil menonjol di antara kedua bibirnya dengan warna agak kemerahan. Ingin rasanya aku telan dan makan sekalian, untung bukan makanan, tapi sempat saya lahap dengan lidahku hingga sedalam-dalamnya sehingga wanita itu sedikit menjerit dan terengah-engah menahan rasa nikmatnya lidah saya, apalagi setelah aku menekannya dalam-dalam. “Kak, aku buka saja semua pakaiannya yah, biar aku lebih leluasa menikmati seluruh tubuhmu,” pintanya sambil membuka satu persatu pakaian yang kukenakan hingga aku telanjang bulat. Bahkan ia nampaknya lebih tidak tahan lagi berlama-lama memandangnya. Ia langsung serobot saja dan menjilati sekujur tubuhku, namun jilatannya lebih lama pada biji pelerku, sehingga pinggulku bergerak-gerak dibuatnya sebagai tanda kegelian. Lalu disusul dengan memasukkan penisku ke mulutnya dan menggocoknya dengan cepat dan berulang-ulang, sampai-sampai terasa spermaku mau muncrat. Untung saya tarik keluar cepat, lalu membaringkan ke atas tempat tidurnya dengan kaki tetap menjulang ke lantai biar aku lebih mudah melihat, dan menjamahnya. Setelah ia terkulai lemas di atas tempat tidur, akupun mengangkanginya sambil berdiri di depan gundukkan itu dan perlahan aku masukkan ujung penisku ke dalam vaginanya lalu menggerak-gerakkan ke kiri dan ke kanan maju dan mundur, akhirnya dapat masuk tanpa terlalu kesulitan.
“Dik, model yang bagaimana kita terapkan sekarang? Apa kita ikuti semua posisi yang ada di layar TV tadi,” tanyaku berbisik. “Terserah kak, aku serahkan sepenuhnya tubuhku ini pada kakak, mana yang kakak anggap lebih nikmat dan lebih berkesan sepanjang hayat serta lebih memuaskan kakak,” katanya pasrah. Akupun meneruskan posisi tidur telentang tadi sambil aku berdiri menggocok terus, sehingga menimbulkan bunyi yang agak menambah gairah sexku. “Ahh.. Uhh.. Ssstt.. Hmm.. Teeruus kak, enak sekali, kocok terus kakak, aku sangat menikmatinya,” demikian pintanya sambil terengah dan berdesis seperti bunyi jangkrik di dalam kamarnya itu. “Dik, gimana kalau saya berbaring dan adik mengangkangiku, biar adik lebih leluasa goyangannya,” pintaku padanya.
“Aku ini sudah hampir memuncak dan sudah mulai lemas, tapi kalau itu permintaan kakak, bolehlah, aku masih bisa bertahan beberapa menit lagi,” jawabnya seolah ingin memuaskanku malam itu. Tanpa kami rasakan dan pikirkan lagi suaminya kembali malam itu, apalagi setelah jam menunjukkan pukul 21:30 WIB , aku terus berusaha menumpahkan segalanya dan betul-betul ingin menikmati pengalaman bersejarah ini bersama dengan istri teman lamaku itu. Namun sayangnya, karena keasyikan dan keseriusan kami dalam bersetubuh malam itu, sehingga baru sekitar 16 menit berjalan dengan posisi saya di bawah dan dia di atas memompa serta menggoyang kiri kanan pinggulnya, akhirnya spermakupun tumpah dalam rahimnya dan diapun kurasakan bergetar seluruh tubuhnya pertanda juga memuncak gairah sexnya. Setelah sama-sama puas, kami saling berciuman, berangkulan, berjilatan tubuh dan tidur terlentang hingga pagi. Setelah kami terbangun hampir bersamaan di pagi hari, saya langsung lompat dari tempat tidur, tiba-tiba muncul rasa takut yang mengecam dan pikiranku sangat kalut tidak tahu apa yang harus saya perbuat. Saya menyesal tapi ada keinginan untuk mengulanginya bersama dengan wanita itu. Untung malam itu suaminya tidak kembali dan kamipun masuk kamar mandi membersihkan diri.
Walaupun terasa ada gairah baru lagi ingin mengulangi di dalam kamar mandi, namun rasa takutku lebih mengalahkan gairahku sehingga aku mengurungkan niatku itu dan langsung pamit dan sama-sama berjanji akan mengulanginya jika ada kesempatan. Saya keluar dari rumah tanpa ada orang lain yang melihatku sehingga saya yakin tidak ada yang mencurigaiku.

Senin, 12 Oktober 2020

Bermain Mesra Dengan Kedua Saudari Tiri

Cerita Sex 2020 - Pengalaman sex ku yang satu ini aku ingin kenalkan dulu namaku Ki. Cerita Dewasa ini dimulai, waktu aku SMA kelas 3, waktu itu aku baru sebulan tinggal sama ayah tiriku. Ibu menikah dengan orang ini karena tidak tahan hidup menjanda lama-lama. Yang aku tidak sangka-sangka ternyata ayah tiriku punya 2 anak cewek yang keren dan seksi habis, yang satu sekolahnya sama denganku, namanya Mery dan yang satunya lagi sudah kuliah, namanya Lia. Si Mery cocok sekali kalau dijadikan bintang iklan obat pembentuk tubuh, nah kalau si Lia paling cocok untuk iklan BH sama suplemen payudara. Sejak pertama aku tinggal, aku selalu berangan-angan bahwa dapat memiliki mereka, tapi angan-angan itu selalu buyar oleh berbagai hal. Dan siang ini kebetulan tidak ada orang di rumah selain aku dengan Mery, ini juga aku sedang kecapaian karena baru pulang sekolah. “Mer, entar kalau ada perlu sama aku, aku ada di kamar,” teriakku dari kamar. Aku mulai menyalakan komputerku dan karena aku sedang suntuk, aku mulai dech surfing ke situs-situs porno kesayanganku, tapi enggak lama kemudian Mery masuk ke kamar sambil bawa buku, kelihatannya dia mau tanya pelajaran. “Ki, kemaren kamu udah nyatet Biologi belom, aku pinjem dong!” katanya dengan suara manja. Tanpa memperdulikan komputerku yang sedang memutar film BF via internet, aku mengambilkan dia buku di rak bukuku yang jaraknya lumayan jauh dengan komputerku.
“Mer..! nich bukunya, kemarenan aku udah nyatet,” kataku. Mery tidak memperhatikanku tapi malah memperhatikan film BF yang sedang di komputerku. “Mer.. kamu Bengong aja!” kataku pura-pura tidak tahu. “Eh.. iya, Roky kamu nyetel apa tuh! aku bilangin bonyok loh!” kata Mery. “Eeh.. kamu barusan kan juga liat, aku tau kamu suka juga kan,” balas aku. “Mending kita nonton sama-sama, tenang aja aku tutup mulut kok,” ajakku berusaha mencari peluang. “Bener nich, kamu kagak bilang?” katanya ragu. “Suwer dech!” kataku sambil mengambilkan dia kursi. Mery mulai serius menonton tiap adegan, sedangkan aku serius untuk terus menatap tubuhnya. “Mer, sebelum ini kamu pernah nonton bokep kagak?” tanyaku. “Pernah, noh aku punya CD-nya,” jawabnya. Wah gila juga nich cewek, diam-diam nakal juga. “Kalau ML?” tanyaku lagi. “Belom,” katanya, “Tapi.. kalo sendiri sich sering.” Wah makin berani saja aku, yang ada dalam pikiranku sekarang cuma ML sama dia. Bagaimana caranya si “Roki Junior” bisa puas, tidak peduli saudara tiri, yang penting nafsuku hilang. Melihat dadanya yang naik-turun karena terangsang, aku jadi semakin terangsang, dan batang kemaluanku pun makin tambah tegang. “Mer, kamu terangsang yach, ampe nafsu gitu nontonnya,” tanyaku memancing. “Iya nic Rok, sebentar ya aku ke kamar mandi dulu,” katanya. “Eh.. ngapain ke kamar mandi, nih liat!” kataku menunjuk ke arah celanaku. “Kasihanilah si Roki kecil,” kataku. “Pikiran kamu jangan yang tidak-tidak dech,” katanya sambil meninggalkan kamarku. “Tenang aja, rumah kan lagi sepi, aku tutup mulut dech,” kataku memancing.
Dan ternyata tidak ia gubris, bahkan terus berjalan ke kamar mandi sambil tangan kanannya meremas-remas buah dadanya dan tangan kirinya menggosok-gosok kemaluannya, dan hal inilah yang membuatku tidak menyerah. Kukejar terus dia, dan sesaat sebelum masuk kamar mandi, kutarik tangannya, kupegang kepalanya lalu kemudian langsung kucium bibirnya. Sesaat ia menolak tapi kemudian ia pasrah, bahkan menikmati setiap permainan lidahku. “Kau akan aku berikan pengalaman yang paling memuaskan,” kataku, kemudian kembali melanjutkan menciumnya. Tangannya membuka baju sekolah yang masih kami kenakan dan juga ia membuka BH-nya dan meletakkan tanganku di atas dadanya, kekenyalan dadanya sangat berbeda dengan gadis lain yang pernah kusentuh. Perlahan ia membuka roknya, celanaku dan celana dalamnya. “Kita ke dalam kamar yuk!” ajaknya setelah kami berdua sama-sama bugil, “Terserah kamu,” kataku, “Yang penting kau akan kupuaskan.” Tak kusangka ia berani menarik penisku sambil berciuman, dan perlahan-lahan kami berjalan menuju kamarnya. “Ki, kamu tiduran dech, kita pake ’69′ mau tidak?” katanya sambil mendorongku ke kasurnya. Ia mulai menindihku, didekatkan vaginanya ke mukaku sementara penisku diemutnya, aku mulai mencium-cium vaginanya yang sudah basah itu, dan aroma kewanitaannya membuatku semakin bersemangat untuk langsung memainkan klitorisnya. Tak lama setelah kumasukkan lidahku, kutemukan klitorisnya lalu aku menghisap, menjilat dan kadang kumainkan dengan lidahku, sementara tanganku bermain di dadanya. Tak lama kemudian ia melepaskan emutannya. “Jangan hentikan Ki.. Ach.. percepat Ki, aku mau keluar nich! ach.. ach.. aachh.. Ki.. aku ke.. luar,” katanya berbarengan dengan menyemprotnya cairan kental dari vaginanya. Dan kemudian dia lemas dan tiduran di sebelahku. “Mer, sekali lagi yah, aku belum keluar nich,” pintaku. “Kita istrirahat dulu yach, aku lagi capek nich,” jelasnya. Aku tidak peduli kata-katanya, kemudian aku mulai mendekati vaginanya. “Mer, aku masukkin sekarang yach,” kataku sambil memasukkan penisku perlahan-lahan. Kelihatannya Mery sedang tidak sadarkan diri, dia hanya terpejam coba untuk beristirahat. Vagina Mery masih sempit sekali, penisku dibuat cuma diam mematung di pintunya. Perlahan kubuka dengan tangan dan terus kucoba untuk memasukkannya, dan akhirnya berhasil penisku masuk setengahnya, kira-kira 7 cm.
“Jangan Ki.. entar aku hamil!” katanya tanpa berontak. “Kamu udah mens belom?” tanyaku. “Udah, baru kemaren, emang kenapa?” katanya. Sambil aku masukkan penisku yang setengah, aku jawab pertanyaannya, “Kalau gitu kamu kagak bakal hamil.” “Ach.. ach.. ahh..! sakit Ki, a.. ach.. ahh, pelan-pelan, aa.. aach.. aachh..!” katanya berteriak nikmat. “Tenang aja cuma sebentar kok, Mer mending doggy style dech!” kataku tanpa melepaskan penis dan berusaha memutar tubuhnya. Ia menuruti kata-kataku, lalu mulai kukeluar-masukkan penisku dalam vaginanya dan kurasa ia pun mulai terangsang kembali, karena sekarang ia merespon gerakan keluar-masukku dengan menaik-turunkan pinggulnya. “Ach.. a.. aa ach..” teriaknya. “Sakit lagi Ki.. a.. aa.. ach..” “Tahan aja, cuma sebentar kok,” kataku sambil terus bergoyang dan meremas-remas buah dadanya. “Ki,. ach pengen.. ach.. a.. keluar lagi Ki..” katanya. “Tunggu seKitar yach, aku juga pengen nich,” balasku. “Cepetan Ki, enggak tahan nich,” katanya semakin menegang. “A.. ach.. aachh..! yach kan keluar.” “Aku juga Say..” kataku semakin kencang menggenjot dan akhirnya setidaknya enam tembakan spermaku di dalam vaginanya. Kucabut penisku dan aku melihat seprei, apakah ada darahnya atau tidak? tapi tenyata tidak. “Mer kamu enggak perawan yach,” tanyaku. “Iya Ki, dulu waktu lagi masturbasi nyodoknya kedaleman jadinya pecah dech,” jelasnya. “Roky ingat loh, jangan bilang siapa-siapa, ini rahasia kita aja.””Oh tenang aja aku bisa dipercaya kok, asal lain kali kamu mau lagi.” “Siapa sih yang bisa nolak ‘Kii Junior’,” katanya mesra.
Setelah saat itu setidaknya seminggu sekali aku selalu melakukan ML dengan Mery, terkadang aku yang memang sedang ingin atau terkadang juga Mery yang sering ketagihan, yang asyik sampai saat ini kami selalu bermain di rumah tanpa ada seorang pun yang tahu, kadang tengah malam aku ke kamar Mery atau sebaliknya, kadang juga saat siang pulang sekolah kalau tidak ada orang di rumah. Kali ini kelihatannya Mery lagi ingin, sejak di sekolah ia terus menggodaku, bahkan ia sempat membisikkan kemauannya untuk ML siang ini di rumah, tapi malangnya siang ini ayah dan ibu sedang ada di rumah sehingga kami tak jadi melakukan ini. Aku menjanjikan nanti malam akan main ke kamarnya, dan ia mengiyakan saja, katanya asal bisa ML denganku hari ini ia menurut saja kemauanku. Ternyata sampai malam ayahku belum tidur juga, kelihatannya sedang asyik menonton pertandingan bola di TV, dan aku pun tidur-tiduran sambil menunggu ayahku tertidur, tapi malang malah aku yang tertidur duluan. Dalam mimpiku, aku sedang dikelitiki sesuatu dan berusaha aku tahan, tapi kemudian sesuatu menindihku hingga aku sesak napas dan kemudian terbangun. “Mery! apa Ayah sudah tidur?” tanyaku melihat ternyata Mery yang menindihiku dengan keadaan telanjang. “kamu mulai nakal Ki, dari tadi aku tunggu kamu, kamu tidak datang-datang juga. kamu tau, sekarang sudah jam dua, dan ayah telah tidur sejak jam satu tadi,” katanya mesra sambil memegang penisku karena ternyata celana pendekku dan CD-ku telah dibukanya. “Yang nakal tuh kamu, Bukannya permisi atau bangunin aku kek,” kataku. “kamu tidak sadar yach, kamu kan udah bangun, tuh liat udah siap kok,” katanya sambil memperlihatkan penisku. “Aku emut yach.” Emutanya kali ini terasa berbeda, terasa begitu menghisap dan kelaparan. “Mer jangan cepet-cepet dong, kasian ‘Kii Junior’ dong!” “Aku udah kepengen berat Ki!” katanya lagi. “Mending seperti biasa, kita pake posisi ’69′ dan kita sama-sama enak,” kataku sembil berputar tanpa melepaskan emutannya kemudian sambil terus diemut. Aku mulai menjilat-jilat vaginanya yang telah basah sambil tanganku memencet-mencet payudaranya yang semakin keras, terus kuhisap vaginanya dan mulai kumasukkan lidahku untuk mencari-cari klitorisnya. “Aach.. achh..” desahnya ketika kutemukan klitorisnya. “Ki! kamu pinter banget nemuin itilku, a.. achh.. ahh..” “kamu juga makin pinter ngulum ‘Kii’ kecil,” kataku lagi. “Ki, kali ini kita tidak usah banyak-banyak yach, aa.. achh..” katanya sambil mendesah. “Cukup sekali aja nembaknya, taapi.. sa.. ma.. ss.. sa.. ma.. maa ac.. ach..” katanya sambil menikmati jilatanku. “Tapi Roky aku.. ma.. u.. keluar nich! Ach.. a.. aahh..” katanya sambil menegang kemudian mengeluarkan cairan dari vaginanya. “Kayaknya kamu harus dua kali dech!” kataku sambil merubah posisi. “Ya udah dech, tapi sekarang kamu masukin yach,” katanya lagi. “Bersiaplah akan aku masukkan ini sekarang,” kataku sambil mengarahkan penisku ke vaginanya. “Siap-siap yach!” “Ayo dech,” katanya. “Ach.. a.. ahh..” desahnya ketika kumasukkan penisku. “Pelan-pelan dong!” “Inikan udah pelan Mer,” kataku sambil mulai bergoyang. “Mer, kamu udah terangsang lagi belon?” tanyaku. “Sambil bercumbu dong Ki!” Tanpa disuruh dua kali aku langsung mencumbunya, dan aku betul-betul menikmati permainan lidahnya yang semakin mahir. “Mer kamu udah punya pacar belom?” tanyaku.”Aku udah tapi baru putus,” katanya sambil mendesah. “Roky pacar aku itu enggak tau loh soal Kiginian, cuma kamu loh yang beginian sama aku.” “Ach yang bener?” tanyaku lagi sambil mempercepat goyangan. “Ach.. be.. ner.. kok Ki, a.. aa.. ach.. achh,” katanya terputus-putus. “Tahan aja, atau kamu mau udahan?” kataku menggoda. “Jangan udahan dong, aku baru kamu bikin terangsang lagi, kan kagak enak kalau udahan, achh.. aa.. ahh.. aku percepat yach Ki,” katanya. Kemudian mempercepat gerakan pinggulnya. “Kamu udah ngerti gimana enaknya, sebentar lagi kayaknya aku bakal keluar dech,” kataku menyadari bahwa sepermaku sudah mengumpul di ujung. “Achh.. ach.. sebentar lagi nih.” “Tahan Ki!” katanya sambil mengeluarkan penisku dari vaginanya dan kemudian menggulumnya sambil tanganya mamainkan klitorisnya. "Bantu aku cari klitorisku dong!” katanya menarik tanganku ke vaginanya. Sambil penisku terus dihisapnya kumainkan klitorisnya dengan tanganku dan.. “Achh.. a.. achh.. achh.. ahh..” desahku sambil menembakkan spermaku dalam mulutnya. “Aku juga Ki..” katanya sambil menjepit tanganku dalam vaginanya. “Ach.. ah.. aa.. ach..” desahnya. “Aku tidur di sini yach, nanti bangunin aku jam lima sebelum ayah bagun,” katanya sambil menutup mata dan kemudian tertidur, di sampingku.
Tepat jam lima pagi aku bangun dan membangunkanya, kemudian ia bergegas ke kamar madi dan mempersiapkan diri untuk sekolah, begitu juga dengan aku. Yang aneh siang ini tidak seperti biasanya Mery tidak pulang bersamaku karena ia ada les privat, sedangkan di rumah cuma ada Mbak Lia, dan anehnya siang-siang begini Mbak Lia di rumah memakai kaos ketat dan rok mini seperti sedang menunggu sesuatu. “Siang Ki! baru pulang? Mery mana?” tanyanya. “Mery lagi les, katanya bakal pulang sore,” kataku, “Loh Mbak sendiri kapan pulang? katanya dari Solo yach?” “Aku pulang tadi malem jam tigaan,” katanya. “Ki, tadi malam kamu teriak sendirian di kamar ada apa?”
Wah gawat sepertinya Mbak Lia dengar desahannya Mery tadi malam. “Ach tidak kok, cuma ngigo,” kataku sambil berlalu ke kamar. “Ki!” panggilnya, “Temenin Mbak nonton VCD dong, Mbak males nich nonton sendirian,” katanya dari kamarnya. “sebentar!” kataku sambil berjalan menuju kamarnya, “Ada film apa Mbak?” tanyaku sesampai di kamarnya. “Liat aja, nanti juga tau,” katanya lagi. “Mbak lagi nungguin seseorang yach?” tanyaku. “Mbak, lagi nungguin kamu kok,” katanya datar, “Tuh liat filmnya udah mulai.” “Loh inikan..?” kataku melihat film BF yang diputarnya dan tanpa meneruskan kata-kataku karena melihat ia mendekatiku. Kemudian ia mulai mencium bibirku.
“Mbak tau kok yang semalam,” katanya, “Kamu mau enggak ngelayanin aku, aku lebih pengalaman dech dari Mery.” “Mbak, aku kan adik yang berbakti, masak nolak sich,” godaku sambil tangan kananku mulai masuk ke dalam rok mininya menggosok-gosok vaginanya, sedangkan tangan kiriku masuk ke kausnya dan memencet-mencet payudaranya. “Kamu pinter dech, tapi sayang kamu nakal, pinter cari kesempatan,” katanya menghentikan ciumannya dan melepaskan tanganku dari dada dan vaginanya. “Mbak mau ngapain, kan lagi asyik?” tanyaku.”Kamu kagak sabaran yach, Mbak buka baju dulu terus kau juga, biar asikkan?” katanya sambil membuka bajunya. Aku juga tak mau ketinggalan, aku mulai membuka bajuku sampai pada akhirnya kami berdua telanjang bulat. “Tubuh Mbak bagus banget,” kataku memperhatikan tubuhnya dari atas sampai ujung kaki, mulus tanpa ada yang cacat, putih bersih dengan bodygoalsnya. Ia langsung mencumbuku dan tangan kanannya memegang penisku, dan mengarahkan ke vaginanya sambil berdiri. “Aku udah enggak tahan Ki,” katanya.
Kuhalangi penisku dengan tangan kananku lalu kumainkan vaginanya dengan tangan kiriku. “Nanti dulu ach, beginikan lebih asik.” “Ach.. kamu nakal Ki! pantes si Mery mau,” katanya mesra. “Ki..! Mbak..! lagi dimana kalian?” terdengar suara Mery memanggil dari luar. “Hari ini guru lesnya tidak masuk jadi aku dipulangin, kalian lagi dimana sich?” tanyanya sekali lagi. “Masuk aja Mer, kita lagi pesta nich,” kata Mbak Lia. “Mbak! Entar kalau Mery tau gimana?” tanyaku. “Roky jangan panggil Mbak, panggil aja Lia,” katanya dan ketika itu aku melihat Mery di pintu kamar sedang membuka baju. “Lia, aku ikut yach!” pinta Mery sambil memainkan vaginanya. “Roky kamu kuat nggak?” tanya Lia.
“Tenang aja aku kuat kok, lagian kasian tuch Mery udah terangsang,” kataku. “Mer cepet sinih emut ‘Kii Junior’,” ajakku. Tanpa menolak Mery langsung datang mengemut penisku. “Mending kita tiduran, biar aku dapet vaginamu,” kataku pada Lia. “Ayo dech!” katanya kemudian mengambil posisi. Lia meletakkan vaginanya di atas kepalaku, dan kepalanya menghadap vagina Mery yang sedang mengemut penisku. “Mer, aku maenin vaginamu,” katanya
Tanpa menunggu jawaban dari Mery ia langsung bermain di vaginanya.Permainan ini berlangsung lama sampai akhirnya Lia menegangkan pahanya, dan.. “Ach.. a.. aach.. aku keluar..” katanya sambil menyemprotkan cairan di vaginanya. “Sekarang ganti Mery yach,” kataku. Kemudian aku bangun dan mengarahkan penisku ke vaginanya dan masuk perlahan-lahan. “Ach.. aach..” desah Mery. “Kamu curang, Mery kamu masukin, kok aku tidak?” katanya. “Abis kamu keluar duluan, tapi tenang aja, nanti abis Mery keluar kamu aku masukin, yang penting kamu merangsang dirimu sendiri,” kataku. “Yang cepet dong goyangnya!” keluh Mery. Kupercepat goyanganku, dan dia mengimbanginya juga. “Kak, ach.. entar lagi gant.. a.. ach.. gantian yach, aku.. mau keluar ach.. aa.. a.. ach..!” desahnya, kemudian lemas dan tertidur tak berdaya. “Ayo Roky tunggu apa lagi!” kata Lia sambil mengangkang mampersilakan penisku untuk mencoblosnya. “Aku udah terangsang lagi.” Tanpa menunggu lama aku langsung mencoblosnya dan mencumbunya. “Gimana enak penisku ini?” tanyaku. “Penis kamu kepanjangan,” katanya, “tapi enak!”. “Kayaknya kau nggak lama lagi dech,” kataku. “Sama, aku juga enggak lama lagi,” katanya, “Kita keluarin sama-sama yach!” terangnya. “Di luar apa di dalem?” tanyaku lagi. “Ach.. a.. aach.. di.. dalem.. aja..” katanya tidak jelas karena sambil mendesah. “Maksudku, ah.. ach.. di dalem aja.. aah.. ach.. sebentar lagi..” “Aku.. keluar.. ach.. achh.. ahh..” desahku sambil menembakkan spermaku. “Ach.. aach.. aku.. ach.. juga..” katanya sambil menegang dan aku merasakan cairan membasahi penisku dalam vaginanya. Akhirnya kami bertiga tertidur di lantai dan kami bangun pada saat bersamaan.
“Roky aku mandi dulu yach, udah sore nich.” “Aku juga ach,” kataku. “Ki, Mer, lain kali lagi yach,” pinta Lia. “Itu bisa diatur, asal lagi kosong kayak gini, ya nggak Ki!” kata Mery. “Kapan aja kalian mau aku siap,” kataku. “Kalau gitu kalian jangan mandi dulu, kita main lagi yuk!” kata Lia mulai memegang penisku. Akhirnya kami main lagi sampai malam dan kebetulan ayah dan ibu telepon dan mengatakan bahwa mereka pulangnya besok pagi, jadi kami lebih bebas bermain, lagi dan lagi. Kemudian hari selanjutya kami sering bermain saat situasi seperti ini, kadang tengah malam hanya dengan Lia atau hanya Mery. Oh bapak tiri, ternyata selain harta banyak, kamu juga punya dua anak yang siap menemaniku kapan saja, ohh nikmatnya hidup ini.

Kamis, 08 Oktober 2020

BerSelingkuh Dengan Pegawai Pabrik Yang Cantik

Cerita Sex 2020 - Hari ini badanku terasa lelah sekali, seharian ini banyak sekali pekerjaan yg kuselesaikan, meski selesai semua rasanya puas juga menjalani kesibukan hari ini. Sore itu waktu sudah hampir setengah 6 sore, setelah membereskan berkas-berkas di ruang kerjaku aku siap pulang kerumah, mobil kijang hijauku sudah siap di tempat parkir mengantarku pulang. Kulihat jalanan di depan kantorku terlihat lancar, ternyata perkiraanku salah, kurang lebih 1 km dari kantor, jalanan macet total, ya sudahlah nikmati saja daripada menggerutu juga nggak ngurangi macet. Lokasi kantorku kebetulan dekat dengan jajaran pabrik-pabrik, dan jam segitu rupanya macet angkutan umum yg mencari penumpang, tiba-tiba ditengah kemacetan jalanan kulihat didepan sebuah toko ada seorang perempuan yg manis sekali, kulitnya putih, tingginya sekitar 165 cm dengan menggunakan seragam pabrik biru-biru ditutup blazer hitam terbuka yg kelihatan ketat terlihat dadanya begitu menyesakkan baju seragamnya, untuk ukuran karyawan pabrik, cewek itu terlalu cantik, meski bajunya begitu sederhana tidak sebanding dengan kecantikannya. Kuperhatikan dengan seksama, dia kelihatan memandangku dan tersenyum tipis menatapku, aku pun tersenyum memandangnya, tiba-tiba aku dikagetkan suara klakson mobil dibelakangku, cepat-cepat kutancap mobilku berhubung jalan didepan sudah lancar sekitar 30 meter ke depan. Menyesal sekali aku tdk bisa berhenti waktu itu, kulihat di spion perempuan itu naik angkot di tiga mobil dibelakangku.. Seandainya saja? Sekira 200 meter jalan lancer, tiba-tiba kemacetan datang lagi, makin sumpek aja aku, akhirnya kulihat didepan ada toko kecil dengan tempat parkir yg agak luas, akhirnya lampu sent mobil kunyalakan kekiri dan aku berhenti, meski masih ada rokok, kuniatkan beli lagi sambil beli minuman ringan, sambil berharap perempuan di angkot belakang bisa ketahuan lagi jejaknya. Alamak.. Sambil minum teh botol dingin, tiba-tiba saja angkot dibelakang yg membawa perempuan itu berhenti, aku berharap.. Tiba-tiba benar saja perempuan itu turun kemudian membayar ongkos ke sopir di depan. Wah memang benar kalau sudah jodohku nih.. Kulihat perempuan itu masuk juga ke dalam toko, sambil tersenyum tipis dia menuju ke penjual toko itu dan kulihat membeli lima buah indomie, susu dancow dan kopi instan lima sachet. “Lho rumahnya dimana Mbak?” tanyaku sambil tersenyum. “Oh saya kos dibelakang toko ini, Mas,” jawabnya sambil mencari dompet dari dalam tasnya. “Nama saya Anto, boleh kenalan Mbak?” tanyaku sambil menjulurkan tangan buat bersalaman. “Saya Winda, Mas,” jawabnya sambil senyum dan menjabat tanganku.. Busyet tangannya mulus sekali dan hangat sekali agak berkeringat. “Berapa Mbak?” kata Winda pada penjual toko sambil mengeluarkan dompetnya. “Dua puluh sembilan ribu lima ratus Mbak “jawab penjual toko itu. “Ini saja Mbak, sekalian teh botol satu dan rokok dua bungkus” kataku sambil ngeluarin uang seratus ribu ke wanita penjaga toko. “Nggak usah Mas, saya ada kok” kata Winda sambil ngeluarin dua lembar uang dua puluh ribuan. “Ya sudah gini aja, uang ini bawa dulu, tapi saya minta dibikinin kopi dulu, sekalian kalau boleh main ke kos-mu sambil nunggu macet, boleh nggak?” Kataku sambil ngembaliin uangnya. “Baiklah kalau begitu terima kasih, tapi tempatnya jelek lho Mas, kata Winda sambil tersenyum. “Ah jangan gitu, saya malah nggak enak nih ngerepotin minta kopi segala” Kataku sambil nerima kembalian dari penjaga toko. “Mbak, saya titip mobil ya, sekalian ini buat parkirnya,” sambil kukasih wanita penjaga toko uang lima ribu” “Wah makasih ya Mas” kata penjaga toko.
Winda tersenyum dan mengajakku berjalan di gang sebelah toko itu, jalannya kecil cuman satu meter lebarnya, jadi kalau jalan nggak bisa bareng, harus satu-satu, Winda jalan di depan dan aku dibelakangnya. Kuperhatikan selain dadanya yg membusung, ternyata pinggul dan pantat Winda benar-benar montok habis, sampai-sampai rok yg dipakainya pun membungkus ketat pantat indah itu serasi sekali dengan pinggul yg ramping, ditambah bau tubuhnya yg wangi meski kutahu itu bau parfum biasa. Kira-kira dua puluh meter jalan, Winda berhenti dan membuka pagar besi kecil disebuah rumah tanpa halaman dan ternyata didalamnya berjajar kamar-kamar kontrakan dengan pembatas tembok satu meter antar kamarnya. “Disini Mas, kamarku paling ujung, dekat dengan kamar mandi, silahkan masuk dulu Mas, aku mau panasin air sebentar buat bikin kopi” kata Winda nyerocos. Kamarnya ternyata cukup bersih, di ruang tamu ada karpet biru, meja kecil ditengahnya dan diujung TV 14 inch terpasang rapi ditambah hiasan manik-manik yg bagus, tak sempat kulihat kamar tidurnya, tapi melihat ruang tamunya tertata rapi aku yakin kamar tidurnya pasti bersih juga. Kuambil remote TV dan kunyalakan, pas berita sore, kuikuti perkembangan pencalonan presiden dari para politikus negeri ini, tapi aku lebih tertarik melihat foto dibelakangku ternyata foto Winda menggunakan kebaya dan samping, cantik sekali.. Tdk dandan saja dia cantik, apalagi dalam foto itu belahan dada kebaya agak rendah, sehingga sembulan toket putihnya kelihatan seksi dan erotis sekali. “Itu fotoku waktu di kampung bulan lalu Mas, waktu acara kawinan sepupuku” kata Winda sambil membawa dua gelas kopi. “Memangnya kampungmu dimana? Dan lagi jadi apa waktu acara itu?” Tanyaku sambil membantu nurunin gelas kopi ditaruh di meja. “Kampungku di Cianjur Mas, waktu itu aku kebagian ngisi nari Jaipongan, yah gini-gini aku penari Jaipongan Mas, meski hanya sebatas acara di kampung aja” Kata Winda sambil tersenyum manis. “Pantesan, tapi cantik juga kamu baju kebaya ya, lebih sensual dan menarik” Kataku sambil memandang wajah cantiknya. “Pantesan apa Mas? Masak orang kampung gini dibilangin sensual dan menarik” Kata Winda. “Pantesan tubuh kamu bagus dan terawat itu karena rajin jaipongan ya” “Ah Mas, bisa aja,” katanya sambil mencubit tanganku. “Silahkan Mas diminum kopinya, aku tinggal sebentar ya mau mandi dulu, udah gerah banget nih rasanya” Winda masuk ke dalam kamarnya dan mengambil peralatan mandi, letak kamar mandi kontrakan itu ada di luar tapi masih dekat dengan kamar Winda mungkin cuma sekitar 4 meter saja dari pintu kamarnya. “Tunggu sebentar ya Mas, silahkan diminum kopinya” Winda berjalan dengan berkalungkan handuk putih dipundaknya, sementara rambutnya diikat ke belakang, terlihat cantik dan alami sekali. Sekitar sepuluh menit Winda di dalam kamar mandi, kudengar suara, ‘waduh gimana nih bajunya basah gini,’ akhirnya aku mendekat kamar mandi dan berteriak. “Ada apa Win? Ada yg bisa saya bantu?” kataku sedikit cemas dan heran. “Nggak apa-apa kok Mas, bajuku pada jatuh dan basah, Mas apa diluar ada orang lain?” Tanya Winda sambil teriak. “Ntar aku lihat dulu, ke pintu depan” kataku sambil berjalan ke pagar dan gang kecil menuju rumahnya. “Nggak ada siapa-siapa” Kataku sambil mendekat ke pintu kamar mandi.
Tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka dan kulihat Winda hanya berbalut handuk putihnya, kulihat pundaknya putih sekali, sementara toketnya yg montok sedikit menyembul dan pahanya yg putih dan mulus sekali terlihat tertutup handuk kira-kira 20 cm diatas lututnya, wah aku jadi kaget sekali dan tiba-tiba Winda menengok dari belakang pintu dan berlari menuju kamarnya. “Sorry ya Mas, bajuku pada basah semua, aku ganti baju dulu ya,” kata Winda sambil berlari dengan tubuh mulus terbalut handuk. Melihat pemandangan yg menggairahkan itu, mengakibatkan otot dalam celanaku berdenyut-denyut, dan sedikit mengembang, ‘gile bener, tubuhnya montok bener’. Kataku dalam hati, sambil masuk ke kontrakannya dan melihat-lihat lagi foto sensualnya. “Maaf ya Mas, sebenarnya aku malu tadi,” kata Winda sambil duduk di sampingku, Winda sore itu memakai kaos kuning dan bawahan celana strit hitam ketat sebatas lutut, namun kaos panjangnya menutupi bagian bawah sampai 10 cm diatas lutut. Malam itu kita hanya ngobrol saja sampai jam delapan malam, dari obrolan itu kutahu kalau Winda sudah hampir setahun bekerja, pernah kuliah D-1 bagian Sekretaris dan sekarang bekerja di bagian administrasi keuangan sebuah pabrik, dan kutahu bahwa Winda sudah punya pacar di kampungnya, namun orangtuanya kurang setuju. “Jangan kapok main ya Mas,” kata Winda berharap. “Justru aku yg berharap boleh main kesini lagi kalau kamu nggak keberatan,” kataku sambil memakai sepatu, sambil berjalan pulang kuberikan kartu namaku. “Kalau ada apa-apa telpon aja,” kataku sambil bersalaman, perlahan kuremas tangan halusnya dan Winda kelihatan malu dan tertunduk. “Daah” aku pamitan dan Winda mengantarkan aku sampai ke tempat parkir. Setelah perkenalan itu, kurang lebih dua bulan, kami hanya bersahabat saja, bahkan Winda menyatakan kekaguman karena aku nggak pernah bertindak tidak sopan, meski kami sering pulang sampai jam 10 malam, paling hanya berpegangan tangan saja, entahlah mungkin lama-kelamaan dia mulai sayang, meski sudah kuceritakan bahwa aku sudah beristri dan punya seorang anak. Hingga suatu hari, aku masih ingat itu hari Rabu, dia menelpon ke HP-ku, “Mas, aku pengen ngobrol bisa nggak, sore ini jemput aku ya?” kata Winda di telepon. “Oke, emangnya ada apa?” Tanyaku. “Yah pokoknya nanti aja deh, aku mau cerita, udah dulu ya, sampai nanti di tempat biasanya,” Winda menutup telponnya. Tepat jam 16.30 aku meninggalkan kantor, kulihat dari kejauhan Winda sudah menunggu dan sedikit melambaikan tangan kegirangan. Winda masuk ke mobilku dan tersenyum. “Mas, kita jangan pulang dulu ya, aku pengen cerita banyak dan menenangkan hatiku,” kata Winda sambil menatapku. “Oke, kita jalan-jalan ke Ciater aja ya, disana kita bisa berendam air panas sambil ngobrol,” ajakku sambil terpikir ada kolam renang yg memang cukup nyaman untuk berendam di malam hari. “Oke, kayaknya asyik juga tuh,” Kata Winda mengiyakan. Aku menelepon ke rumah, dan bilang ada pekerjaan di kantor yg harus diselesaikan, kalau ada apa-apa ngebel aja ke kantor, kebetulan aku sudah setting teleponku tiga kali kring di-forwardkan ke HP-ku. “Kamu ada masalah apa, kok kelihatan kusut begitu?” kataku sambil mencubit dagu Winda. “Nggak tahu kenapa aku pengen cerita masalahku ke Mas, kayaknya aku tenang kalau udah ada di sampingmu Mas,” kata Winda sambil memegang lenganku. Posisi mobilku memang agak susah untuk berdekatan, hingga akhirnya Winda hanya bisa memegang lenganku saja. Sambil sedikit berkaca-kaca, Winda menceritakan bahwa pacarnya di kampung sudah memutuskan hubungan dengannya. Selama di perjalanan aku banyak kasih nasehat dan pengertian kepadanya, dan dia pun kelihatan lebih tenang. Sampai di Ayam Goreng Brebes, Lembang aku memarkirkan mobilku. “Kita makan dulu yuk,” ajakku. Berhubung tempat parkirnya penuh, aku agak jauh memarkir mobilku, dan baru kali ini Winda berani berjalan disampingku sambil memeluk pinggangku, aku pun akhirnya merapatkan tubuh dan memeluk pundaknya sambil menuju ke tempat makan.
Menuju ke Ciater, diperjalanan Winda memandangku terus dan tiba-tiba saja bibirnya mengecup pipiku, aku agak gugup namun menikmati juga, sambil sesekali kuremas tangan halusnya. Wah mau nggak mau banyaknya rangsangan selama perjalanan mulai mempengaruhi adrenalinku juga. Dan sesampai di Ciater ternyata suasananya hujan agak deras, jam sudah menunjukkan jam delapan malam, berendam di kolam renang rasanya nggak mungkin, pulang juga sudah terlanjur, akhirnya kutawarkan ke Winda. “Gimana kalau kita berendamnya di kamar aja?” Aku agak khawatir dia keberatan, tapi katanya, “Ya terserah Mas aja” kata Winda. Di front room hotel, aku booking satu kamar yg ada bathtub buat berendam air panas, didepan meja front room Winda masih memeluk pinggangku, kali ini terasa kelembutan dadanya menyentuh badanku, dan ini mau nggak mau berpengaruh pada otot pejal didalam CDku. Malam itu Ciater dingin banget, kabut turun tebal banget setelah hujan, hingga perjalanan menuju ke kamar pun harus perlahan, petugas hotel sudah menunggu di depan kamar dan membukakan pintu kamar. “Silahkan Pak, silahkan Bu, apa ada yg dipesan?” kata petugas hotel ramah, mengira kami pasangan suami istri. “Sementara belum Mas, nanti saja kalau perlu saya telpon dari kamar,” kataku sambil memberi sedikit tips buat petugas hotel. Winda masuk ke kamar dan aku masih duduk di ruang TV, sambil mencari-cari chanel yg bagus, sambil melepas penat dua jam lebih di belakang kemudi. Tiba-tiba Winda keluar dari kamar, alamak Winda sudah berganti baju dengan celana pendek pink ketat dan kaos senam ketat putih polos pendek hingga kelihatan pusarnya, kulihat bayangan puting toketnya yg kecoklatan, tanpa dibungkus beha, pahanya putih dan mulus menantang, sementara pantatnya yg bahenol tercetak ketat di celananya dan dadanya benar-benar montok menantang. “Ayo Mas, katanya mau berendam? Jangan liatin gitu dong,” Kata Winda sambil duduk disampingku. “Oke, tapi aku nggak bawa baju berendam nih,” kataku sambil membuka baju kerjaku, aku yg sudah tidak kuat melihat pemandangan yg memancing birahi itu. “Mas, badanmu kekar juga ya, “kata Winda sambil memeluk lenganku dari samping, terasa toket montoknya melekat erat di lenganku. Perlahan kuusap paha putih Winda dan tiba-tiba Winda berdiri dan duduk di pangkuanku, akhirnya tubuh montok itu kupeluk sambil kuangkat kakinya kuletakkan pahanya yg putih, mulus dan hangat itu diatas pangkuanku. Perlahan Winda menatap mataku, kemudian memelukku erat sekali, terasa sekali kekenyalan toket montoknya, meski terhalang kaos tipis yg dipakainya, cukup lama Winda menyembunyikan wajahnya di bahuku, kemudian dia berkata lirih. “Mas, aku sayang kamu, aku takut kehilangan kamu Mas,” kubelai perlahan rambutnya, kurenggangkan pelukannya dan kutatap mata Winda, dalam hitungan detik, bibir kami saling melumat pertama agak perlahan, sambil kunikmati kelembutan bibirnya, cukup lama kami beratraksi dengan bibir kami dan makin lama pagutan dan ciumannya makin buas, dan kami pun saling melumat bibir.
Perlahan ciuman kami agak melemah, lembut kuciumi lehernya, belakang telinga dan pundaknya, kukecup lembut tanpa suara, tangan kananku mendarat perlahan di dadanya, begitu padat, kenyal dan kencang, sementara tangan kiriku perlahan mengangkat kaos ketatnya. Winda menengadahkan wajahnya dan membusungkan dadanya sambil mengangkat tangannya, dan segera kulepas kaos ketatnya, betul-betul keindahan toket seorang wanita yg kulihat didepanku, kulitnya yg putih bersih tanpa cacat, ditambah sepasang toket yg montok, padat dan menantang, perlahan kujelajahi dan kusapu lembut gunung indah nan menantang itu, dan perlahan kuusap putingnya yg menonjol keras kecoklatan, mungkin dia sudah terangsang. “Mas, pantatku kayak ada yg mengganjal nih, dibuka celananya ya Mas, biar nggak sakit,” kata Winda. Aku berdiri dan Winda membuka resletingku, melepas ikat pinggangku dan menurunkan celanaku. “Apa itu Mas?” kata Winda sambil menutup matanya dengan jari yg masih terbuka. Otot penisku yg sudah membesar dan mengeras sekali, tercetak jelas pada celana pendek katun yg ketat, perlahan kutarik tangan Winda, kutempelkan tangannya menyusuri bonggol keras dari luar celana pendekku, perlahan dan lama-lama Winda berinisiatif meremas penisku dari luar celana pendekku. Kubiarkan Winda mengelus dengan jemarinya dan sesekali meremas, kadang pelan kadang agak kuat, mungkin dia mulai menikmati mainan barunya, sementara kunikmati aliran kenikmatan, sambil kulihat ekspresinya. “Gimana Win?” kataku sambil menatap matanya. “Mas, aku belum pernah melakukan seperti ini, tadinya malu sekali aku melihatnya, ternyata kemaluan cowok bisa segede ini ya?” katanya sambil tersipu. “Kalau kamu mau, kamu boleh buka celanaku” kataku. Perlahan tangan halus itu menurunkan celana pendekku dan tiba-tiba penisku yg sudah tegak dan berdiri keras seolah miniatur tugu monas, Winda menatap tak berkedip melihat kemaluanku, pelan jarinya mengelus batangku yg tegang seperti kayu, urat-urat yg menonjol dia telusuri perlahan, alamak nikmat sekali, dan garis urat di tengah-tengah bagian belakang ditelusurinya perlahan, penisku berkedut-kedut dan tiba-tiba diremasnya kantong pelerku, sungguh kenikmatan yg luar biasa. Kutarik Winda untuk berdiri, kebelai pinggul indahnya, berputar kebelakang meremas bongkahan pantatnya yg bahenol, kupeluk dan kuusap erat punggungnya, perlahan kukecup lehernya, belakang telinganya dan pundaknya, kulihat dan kurasakan kulitnya merinding, Winda mempererat pelukannya dan menempelkan ketat dadanya yg padat membusung ke dadaku, paduan antara kehangatan dan aliran birahi yg mengalir lewat kulitnya. Winda yg hanya tinggal memakai CD tipis warna pink, menggoyangkan dan menempelkan ketat kemaluanku yg sudah tegang membesar ke daerah bukit venusnya, meski masih terpisahkan CDnya, namun kurasakan ada kelembaban dari balik CDnya. Kulihat mata sendu Winda menikmati foreplay yg panjang malam itu, kelihatan dia sudah terangsang sekali, dari sorotan matanya dan pelupuk matanya yg agak sembab, serta toketnya yg kencang menantang dengan puting yg mengeras. Kuraba CDnya dan kuturunkan, Winda membantu menurunkan CDnya dan melempar dengan ujung kakinya, sambil kucium dan kulumat bibir seksinya, kujamah dan kuremas toket montoknya, dan serta merta kuangkat tubuh telanjang nan mulus itu ke kamar dan kutidurkan diatas kasur bersprei putih bersih. Sambil tetap menciuminya, aku tidur merapatkan ke tubuhnya, kaki kuangkat dan kugesek-gesekkan diatas paha putihnya, sementara tanganku kembali meremas dadanya yg kian montok dan menggunung dengan puting susunya yg menonjol kecil kecoklatan. Perlahan aku turun menciumi lehernya dan memutar-mutarkan lidahku ke gunung kembarnya bergantian, kusapu hingga basah dengan menyisakan puting, pada bagian akhir nanti, sementara tanganku menjelajah ke pangkal pahanya, menyibak rambut kemaluannya yg halus menghitam itu, kuusap bibir memeknya dan Winda menggelinjangkan pinggulnya. Kuperhatikan Winda memejamkan matanya menikmati sentuhan dan rangsangan yg kuberikan, sementara tanpa sadar penisku yg tegak dan keras, diremasnya perlahan dan kadang menguat saat rangsangan datang menguat. Kumainkan ujung jariku menyapu bibir memeknya yg sudah membasah dan kusapu pelan belahan lubang memeknya yg membasah, sambil kujilati putingnya dengan ujung lidahku bersamaan kuputar perlahan kelentitnya dengan ujung jari telunjukku, Seirama antara jilatan lidahku di ujung putingnya dan usapan ujung jari telunjukku di ujung kelentitnya, serta merta Winda menggoyangkan pantat dan pinggulnya, menggeleparkan dan membuka lebar pahanya dan membusungkan dadanya hingga kelihatan merangsang sekali, sambil menutup matanya dengan bibir yg membasah dan sedikit terbuka, sementara tangannya menggenggam erat sekali kemaluanku yg masih mengeras dan berdenyut-denyut. “Uuff mmaas, kau apakan tubuhku ini,” mulut Winda mengerang menahan kenikmatan. Tubuhnya menggelinjang keras sekali, pahanya bergetar hebat dan kadang menjepit tanganku dengan erat saat jariku masih menyentuh kelentitnya, dan tiba-tiba penisku dicengkeram dengan keras seolah mengajak untuk menikmati orgasmenya dalam foreplay itu. Kuremas dengan irama perlahan toketnya yg tambah mengeras dan membusung itu dengan tangan kiriku, sementara tangan kananku terjepit diantara kedua paha mulusnya, kemaluanku diremasnya dan tangan satunya memelukku erat sementara paha dan kakinya menggelepar keras sekali hingga sprei putih itu berserakan tak karuan, orgasme pertama sudah dirasakannya. Tanpa berhenti kumainkan pelan tanpa henti kelentitnya, dan mungkin sekarang Winda sudah terangsang kembali. “Mas, tolong masukkan, aku ingin merasakannya sayang,” katanya sambil menghiba dan meringis menahan kenikmatan tiada tara yg dirasakannya.
Perlahan aku menaiki tubuhnya, pahaku menempel erat dipahanya yg mengangkang dan kepala penisku menempel di kelentitnya menggantikan ujung jari telunjukku. Sambil kuciumi leher putihnya, pundak dan belakang telinganya, kepala penisku bergerak-gerak mengelilingi bibir memeknya yg hangat dan basah, kulihat Winda merem melek menikmati benda pejal di bibir memeknya, lidahnya menyapu bibirnya hingga membasah, dan wajahnya memerah dengan mata merem melek tak beraturan. Dengan perlahan akhirnya sedikit demi sedikit kumasukkan batang penisku ke dalam memeknya, saat kucoba menyelipkan kepala penisku ke mulut memeknya rasanya peret dan sulit sekali, kulihat Winda sedikit meringis dan membuka mulutnya dan sedikit menjerit. “Aah,” Namun akhirnya kepala penisku sudah mulai masuk dan mulai kurasakan kehangatan memeknya, perlahan kumasukkan sesenti demi sesenti, pada sekitar centimeter ke 4 menuju ke 5, Winda tiba-tiba berteriak dan menjerit. “Aduh Mas sakit sekali,” katanya, “Seperti ada yg menusuk dan nyerinya sampai ke perut,” katanya. “Aku cabut aja ya?” “Jangan, biarkan dulu kutahan rasa sakit ini,” Aku yg sudah merasa kenikmatan yg luar biasa dan sedikit demi sedikit mulai kumasukkan lagi batang penisku. Kulihat Winda meneteskan air mata, namun tiba-tiba dia menggoyangkan pantatnya dan tentunya akhirnya penisku hampir seluruhnya masuk, kenikmatan yg belum pernah kurasakan, penisku serasa digigit bibir yg kenyal, hangat, agak lembab dan nikmat sekali. Akhirnya kami pun mulai menikmati hubungan badan ini. “Mas rasa sakitnya sudah agak berkurang, sekarang keluar masukkan penismu Mas, rasanya nikmat sekali” Perlahan aku mulai mengayun batang penisku keluar masuk ke memek Winda, kulihat tangannya diangkat dan memegang erat-erat kepalanya dan akhirnya menarik sprei tempat tidurnya, sementara pahanya dia kangkangin lebar-lebar dan mencari-cari pinggulku, hingga akhirnya kakinya melingkar di pantatku dan seolah meminta penisku untuk dimasukkan dalam-dalam ke memeknya. Beberapa kali ayunan, akhirnya aku agak yakin dia sudah tdk begitu merasakan sakit di memeknya, dan kupercepat ayunan penisku di memeknya. Winda berteriak-teriak dan tiba merapatkan jepitan kakinya di pantatku, kepala menggeleng-geleng dan tangannya menarik kuat-kuat sprei tempat tidurnya, mungkin dia mau orgasme, pikirku. Tiba-tiba tangannya memelukku erat-erat dan kakinya makin merapatkan jepitannya di pantatku, kurasakan toket besarnya tergencet dadaku, rasanya hangat dan kenyal sekali, aku diam sejenak dan kubenamkan penisku seluruhnya di dalam memeknya. “Oh, mmas aku keluar.. Ahh.. Ahh.. Ahh,” Aku merasakan nikmat yg amat sangat, penisku berdenyut-denyut, rasanya aliran darah mengalir kencang di penisku, dan aku yakin penisku sangat tegang sekali dan begitu membesar di dalam memek Winda, sepertinya aku juga akan mengeluarkan air kejantananku. Beberapa saat kemudian, kubuka sedikit jepitan kaki Winda dipantatku, sambil kubuka lebar-lebar paha Winda, kulihat ada cairan kental berwarna kemerah-merahan dari memek Winda, penisku rasanya licin sekali dialiri cairan itu, dan akhirnya dengan cepat aku kayuh penisku keluar masuk dari memek Winda, nikmat sekali rasanya. Ada mungkin delapan sampai sembilan kayuhan penisku di memek Winda, tiba-tiba kurasakan ada sesuatu yg akan meledak dari dalam penisku dan akhirnya.. Croot.. Croot.. Croot.. Croot.. Memeknya berdenyut-denyut menikmati aliran maniku yg hangat, sementara kurasakan batangku masih berdenyut-denyut nikmat, kubenamkan batangku dalam kehangatan memeknya yg basah. Kupandang wajahnya yg berkeringat, perlahan kusapu dengan tanganku dan kuciumi dengan penuh rasa sayang, akhirnya kamipun terkulai lemas dan Winda memeluk tubuhku erat, tanpa mempedulikan cairan yg merembes keluar dari lubang kenikmatannya. Ada lebih sejam kami tertidur dalam kenikmatan, dan selanjutnya berdua kita berendam dengan air hangat di bathtub, hingga badan pun terasa segar kembali. Setelah menikmati makan malam di cafeteria, akhirnya kami pun kembali ke kamar jam 12.00 malam, mengulangi permainan dengan lebih ganas hingga jam 1 dini hari, kami pun tertidur tanpa busana, dan kupeluk tubuh telanjangnya dalam kehangatan selimut. Hingga esoknya kuputuskan untuk mengambil cuti sehari dan sebelum checkout jam 12 siang, kami masih menyisakan dua kali permainan di kamar tidur dan di bathtub. Lain kali akan kuceritakan pengalamanku dengan Winda di kampungnya saat aku mengantarnya mudik.

kurelakan Tubuhku Demi Utang Suamiku

Cerita Sex 2020 - Berikut ini memang murni pengalaman pribadiku yang bermula dari keterpaksaan hingga menimbulkan rasa ketagihan. Aku menjadi semakin binal sejak kejadian itu. Kenikmatan dari lelaki yang bukan suamiku membuat aku gila seks. Perkenalkan, namaku adalah Dewi umurku 29 tahun, aku adalah seorang istri dari seorang lelaki bernama Saipul yang umurnya juga sama denganku. Aku hanyalah seorang ibu rumah tangga, sedangkan Saipul bekerja hanya kalau sedang ada proyek saja. Kalau sedang tidak ada proyek maka Saipul hanya diam di rumah dan tidak berusaha untuk mencari pekerjaan tetap yang bisa menjamin hidup kami. Selama 3 tahun pernikahan kami, Saipul tidak pernah bekerja tetap di satu perusahaan. Entah untungnya atau sialnya kami sampai sekarang belum dikarunai seorang anak. Akibat dari Saipul yang tidak mempunyai pekerjaan tetap akhirnya dia mempunyai hutang dimana-mana. Sampai suatu saat ada orang yang datang ke rumah kami dan marah-marah karena Saipul belum juga membayar hutangnya. Pada saat itu aku hanya bisa menemani Saipul di sisinya menghadapi kata-kata kasar orang yang dihutangi oleh Saipul. Aku sendiri melihat gelagat yang aneh dari orang itu. Sambil marah-marah matanya seringkali tertangkap olehku sedang melirik ke arahku. Aku sendiri memang mempunyai tubuh yang cukup bagus menurutku. Tinggi 170cm (termasuk tinggi untuk perempuan lokal), berat 60kg, kulit sawo matang, dengan ukuran dada 36. Kehidupan seks kami tidaklah bermasalah walaupun tidak bisa dibilang istimewa. Saipul selalu dapat memuaskanku walaupun dia adalah seorang yang konservatif yang selalu bermain dengan gaya yang itu-itu saja. Beberapa hari setelah rumah kami didatangi oleh orang yang menagih hutang, aku melihat orang tersebut di jalan ketika aku mau pergi ke rumah saudaraku. Tadinya aku akan meminjam uang dari saudaraku untuk menutupi hutang Saipul pada orang tersebut, tapi ditengah jalan aku mempunyai pikiran lain. Aku ikuti orang tersebut untuk mengetahui dimana rumahnya. Tadinya niatku hanya untuk mengetahui saja, tapi akhirnya aku mempunyai niat lain. Aku putuskan untuk menggadaikan tubuhku untuk melunasi hutang-hutang suamiku kepada orang itu. Setelah aku mantap dengan niatku, beberapa hari kemudian aku memberanikan diri untuk mendatangi rumah orang tersebut. Rumah orang itu memang sangat besar dan sangat mewah. Setelah berhasil mengatasi rasa gugupku akhirnya kuberanikan diri untuk memencet bel. Tak lama kemudian seorang lelaki kurus yang kupikir adalah pesuruh di rumah itu keluar.
“Nyari siapa bu?” “Hmm. Bapaknya ada?” tanyaku pada lelaki tersebut. “Ibu siapa? Biar saya sampaikan ke Bapak.” “Bilang aja dari istrinya pak Saipul.” Akhirnya pesuruh itu masuk ke dalam rumah dan tak lama berselang dia keluar lagi untuk membukakan pagar. “Tunggu aja di ruang tamu bu.” Katanya padaku. Langsung saja aku menuju ke arah yang ditunjuknya. Sebuah pintu dari kayu jati dengan ukiran yang sangat cantik. Belum juga aku sampai ke depan pintu, pintu tersebut sudah dibuka dari dalam. Rupanya yang membukakan pintunya adalah orang yang kucari. Orang dengan perawakan kurang lebih 180cm dan kuperkirakan beratnya 75kg. Aku perkirakan umurnya sekitar 50 tahun. Berkulit hitam dan terlihat masih segar. Kesan angker yang ditunjukkannya pada saat menagih hutang tidak ada sama sekali pada saat aku datang. Justru aku menangkap kesan ramah dan sopan dari dia. Dia langsung menjabat tanganku sambil menyebut namanya. “Saudi. Mari masuk bu…” “Dewi” Jawabku langsung ketika melihat dia kebingungan. “Oh iya. Bu Dewi silahkan masuk” Aku langsung masuk menuju ruang tamu. Dan Pak Saudi langsung mempersilahkan aku untuk duduk. “Mau minum apa bu Dewi?” “Ah gak usah repot-repot pak” jawabku dengan gaya basa-basi bangsa timur. Akhirnya Pak Saudi menyuruh pembantunya untuk membuatkan sirup. Sambil menunggu minuman datang pak Saudi memulai pembicaraan, sekaligus untuk mencairkan suasana yang kaku. Seolah-olah dia tahu kalau aku gugup dan grogi bertemu dengannya. Kuakui dia adalah sosok yang bisa membuat pembicaraan menjadi santai. Ditambah lagi mungkin dengan wawasan yang cukup luas sehingga dia sepertinya tidak pernah kehabisan bahan pembicaraan layaknya penyiar radio yang selalu ngoceh sepanjang jam siaran. Semakin jauh kami berbicara justru aku semakin kehilangan rasa gugupku yang tadi menghinggapi. Obrolan kami sempat terhenti karena pembantu pak Saudi datang membawakan minuman pesanan majikannya. “Silahkan diminum bu Dewi” “Oh iya pak. Terima kasih.” Tak lama langsung saja kuteguk minuman yang disuguhkan. “Kok sepi ya pak? Istri bapak lagi keluar?” Tanyaku untuk memulai obrolan kembali. “Istri saya sudah lama meninggal.” “Oh maaf pak, saya gak tahu” “Oh gak apa-apa. Oh iya bu Dewi sudah berapa lama menikah dengan pak Saipul?” “Tiga tahun pak. Tapi ya gitu deh pak. Mas Saipul gak pernah punya kerjaan tetap. Jadi makin lama makin numpuk aja hutangnya. Ditambah lagi sampai sekarang kami belum juga punya anak” kataku sekalian curhat sedikit ke pak Saudi.
Setelah disinggung soal hutang, pak Saudi akhirnya menanyakan perihal hutang suamiku. Dan dia juga bercerita bahwa sebenarnya suamiku tidak hanya berhutang kepadanya tapi juga ke teman-teman pak Saudi. Jujur saja aku kaget, karena selama ini suamiku tidak pernah berkata jujur perihal hutangnya. Rupanya pak Saudi sudah menyimpan rencana sendiri yang kurang lebih mirip dengan rencanaku. Dan akhirnya rencana itu disampaikan kepadaku, bahwa hutang suamiku bisa lunas dengan catatan aku mau diajak bercinta dengannya. Pengurangan hutang suamiku satu juta setiap aku melayaninya. Dan itu berlaku juga untuk hutang suamiku dengan teman-temannya yang ternyata ada dua orang lagi. Dan ternyata suamiku berhutang sepuluh juta ke setiap orangnya. Ini berarti aku harus bercinta tiga puluh kali, dengan setiap orangnya aku layani sepuluh kali. Aku sempat berpikir juga melihat keadaan yang seperti itu, tapi demi melunasi hutang suamiku akhirnya aku sanggupi permintaannya. Akhirnya aku disuruh kembali lagi keesokan harinya, karena hari itu Pak Saudi sudah mempunyai janji dengan rekan bisnisnya. Sebelum pulang aku menanyakan apakah teman-temannya berkenan dibayar hutangnya dengan tubuhku? Dan Pak Saudi berhasil meyakinkan bahwa teman-temannya pasti akan satu suara dengannya. Akhirnya keesokan harinya aku datang kembali ke rumah Pak Saudi. Hari itu aku untuk pertama kalinya berdandan bukan untuk suamiku, tapi untuk laki-laki lain. Aku datang dengan pakaian tetap casual saja. Toh pikirku nantinya pakaian ini juga tidak berguna karena ketika aku menunaikan tugasku baju ini harus dilepas. Yang jelas aku mempersiapkan mentalku untuk hal ini. Karena ini juga untuk pertama kalinya aku akan disetubuhi oleh laki-laki yang bukan suamiku. Dan yang jelas aku juga mempersiapkan vaginaku. Semua bulu-bulu yang tumbuh disekitar vaginaku kucukur habis, sehingga vaginaku bisa terlihat dengan jelas. Sesampainya di rumah Pak Saudi aku disambut dengan hangat, Pak Saudi mencium punggung tanganku dan kedua pipiku. Diriku agak canggung menerima perlakuan yang diberikan kepadaku, karena dia bukan suamiku. Tetapi aku sendiri tidak pernah diperlakukan seperti itu oleh suamiku. Saat itu aku merasa diperlakukan layaknya seorang perempuan. Dia tidak menunjukkan bahwa dia hawa nafsunya, tapi justru menunjukkan sikap seorang lelaki dewasa yang membuatku sedikit terbius oleh perlakuannya. Setelah sambutan hangatnya aku langsung diajak menuju kamarnya. Kamar yang cukup mewah bagiku. Dan rupanya Pak Saudi telah menyulap kamarnya menjadi begitu indah. Wangi bunga telah memenuhi seisi kamarnya. Ketika aku masih terpesona dengan kamarnya yang mewah tiba-tiba dia memelukku dari belakang. Refleks dan sedikit terkejut membuat diriku agak memberontak. Tetapi dia meyakinkan diriku untuk tenang dan menikmati saja saat-saat tersebut. Dia mulai menciumi leher dan kupingku yang jelas membuatku terangsang. Lalu dia membalikkan tubuhku sehingga kami saling berhadapan. “Boleh kupanggil Dewi saja?” tanyanya padaku. “Hmm.. boleh aja pak” “Wah. Jangan panggil pak dong. Panggil saja Saudi. Supaya lebih mesra.” “Iya Saudi. Boleh aja kalau kamu mau panggil aku Dewi.” aku mulai menikmati keadaan. “Hmm.. Dewi. Sebenarnya ada satu lagi kejutan untukmu hari ini.” “Apa itu?” Belum dia menjawabnya tiba-tiba pintu kamar terbuka. Lalu ada dua orang memasuki kamar tersebut. Hal itu jelas saja membuat aku kaget. “Ini dia kejutannya. Ada dua orang lagi temanku yang dihutangi suamimu yang ingin ikut bermain dengan kita.” “Tapi Saudi…” “Tenang saja. Kalau kau melayani kami sekaligus maka bayarannya dinaikkan menjadi 1,5 juta untuk sekali main. Tidak lagi satu juta.” Sebenarnya aku agak keberatan juga dengan keadaan itu. Tapi karena suasana yang tercipta sudah kunikmati akhirnya aku menyetujuinya. Kedua temannya memang berbeda sekali dengannya. Temannya yang satu bernama Kiswanto, keturunan Arab mempunyai dan berkulit putih. Sedangkan yang satunya bernama Kevin, keturunan Cina. Tapi yang jelas ketiganya mempunyai postur tubuh yang sama. Tinggi besar dan tegap. Beda sekali dengan suamiku yang tingginya kira-kira sama denganku dan mempunyai tubuh yang tidak sebagus mereka. Jujur saja diam-diam aku mulai mengagumi mereka bertiga dan mulai membayangkan disetubuhi oleh mereka bertiga.
Aku sudah lagi tidak peduli dengan suasana romantis di kamar Pak Saudi, tapi aku sudah mulai membayangkan suasana liar yang akan terjadi berikutnya. Tiba-tiba saja Pak Saudi sudah mulai mencium bibirku. Aku yang dari tadi sedang menghayal jelas terkejut, walaupun tidak lama dan langsung membalas ciuman dari Pak Saudi. Tak lama berselang Kiswanto dan Kevin langsung bergabung. Kiswanto datang dari belakangku dan langsung menciumi leherku sedangkan Kevin langsung ke tujuan dengan meremas kedua dadaku. Hal ini jelas saja membuat nafsuku meledak. Aku tidak tahan untuk tidak bersuara, dan akhirnya akupun mulai mengeluarkan desahan dari mulutku. Setelah itu bajuku dan celana panjang yang aku pakai mulai dilepas dari tubuhku sehingga terlihat bra dan cd yang aku kenakan. Hal ini jelas saja membuat mereka bertiga tambah liar untuk menjamah tubuhku. Dan tak lama berselang bra dan cdku pun ikut lepas dari tubuhku sehingga aku benar-benar bugil. Sudah tidak ada lagi perasaan canggung dan malu di diriku. Yang ada hanya nafsu yang sudah berada di ubun-ubun. Setelah itu mereka bertiga pun melepas pakaiannya masing-masing. Dan aku benar-benar tidak bisa menyembunyikan rasa kagetku ketika mereka bertiga sudah bugil. Karena mereka semua mempunyai ukuran penis yang sangat besar bagiku. Panjang penisnya sekitar 20 cm dan berdiameter kira-kira 4-5 cm. Aku sendiri tidak dapat membedakan secara pasti punya siapa yang paling besar. Karena ukuran penis mereka yang hampir sama. Tapi yang jelas berbeda sekali dengan punya suamiku yang hanya sekitar 13cm dengan diameter 2 cm. Aku dihadapkan dengan tiga penis raksasa. Perasaan takut dan penasaran bercampur aduk di diriku. Takut karena belum pernah melihat penis dengan ukuran sebesar itu. Penasaran karena perempuan mana yang tidak mau vaginanya dimasuki penis seperti itu. Setelah semuanya bugil mereka membimbingku untuk jongkok, dan setelah itu mereka semua mengelilingiku. Mereka minta dioral secara bergantian. Lalu kulakukan permintaan itu dengan senang hati walaupun agak bersusah payah. Aku sering mengoral suamiku, tetapi yang ini beda. Tiga penis dengan ukuran jauh dari penis suamiku. Ukuran penis mereka membuat aku agak gelagapan dan sedikit sesak nafas awalnya. Tapi lama-lama akhirnya aku bisa menguasai keadaan juga. Ketika aku mengoral penis pak Saudi kedua tanganku mengocok penis Kevin dan Kiswanto, begitu seterusnya. Jika satu sedang kuoral maka yang dua lagi kebagian kocokan tanganku. “Aarrrgghhh nikmat sekali seponganmu Dewi” ucapan itu terlontar dari Kiswanto ketika mendapat giliran dioral olehku. Kevin mendapat giliran terakhir untuk kuoral. Dan ketika giliran Kevin mereka membimbingku ke arah tempat tidur. Rupanya mereka memintaku untuk mengoral Kevin sambil terlentang sementara penis Kevin berada di atas mulutku. Ketika sedang asik-asiknya menikmati penis Kevin, tiba-tiba kurasakan rangsangan hebat di kedua payudaraku dan di vaginaku. Rupanya Kiswanto sedang asik menggerayangi kedua payudaraku. Dia sedang asik meremas dan menjilati kedua payudaraku. Sedangkan Pak Saudi berada di selangkanganku, dia terlihat asik menjilati vaginaku. Terang saja aku mengoral Kevin sambil mengerang (ingin berteriak tidak bisa karena mulutku disumpal penis Kevin) keenakan karena perlakuan kedua orang tadi terhadap dua tempat sensitif di tubuhku. Tak lama kemudian Kevin melepaskan penisnya dari mulutku lalu bergabung dengan Kiswanto untuk menikmati payudaraku. Kiswanto menggarap payudara kiriku sedangkan Kevin yang kanan pak Saudi tetap menjilati vaginaku. Hal ini membuatku terangsang hebat sehingga tidak tahan lagi untuk berteriak dan meracau. “Aarrrrgghhh, nikmat banget… teruuussss… aaarrgghhh… aayoo teruusss” Akhirnya aku sampai juga pada orgasmeku yang pertama. Tak lama kemudian aku merasakan sesuatu menempel di bibir vaginaku. Setelah kulirik ternyata pak Saudi sudah siap memasukkan penisnya itu ke dalam vaginaku. Aku merasakan penis pak Saudi semakin lama semakin mendesak vaginaku. Aku merasa seperti perawan lagi karena begitu susahnya penis pak Saudi memasuki vaginaku. Terang saja susah, penis sebesar itu mencoba masuk ke dalam vaginaku yang biasanya hanya dimasuki penis Saipul yang sekarang menjadi biasa bagiku. Terbantu oleh vaginaku yang sudah basah akhirnya penis pak Saudi berhasil masuk juga. Perlahan-lahan pak Saudi mulai menggoyangkan penisnya keluar masuk di vaginaku. “Arrrghhh Saudi… terus… cepetin donkk.. entotin…” aku sudah meracau tak karuan karena penis pak Saudi yang menghadirkan kenikmatan yang luar biasa. Ditambah lagi Kevin dan Kiswanto yang masih sibuk dengan kedua payudaraku.
Akhirnya setelah dirasa lancar pak Saudi pun mulai mempercepat goyangannya. Baru beberapa goyangan saja aku sudah orgasme lagi padahal kulihat pak Saudi masih kuat menggoyang penisnya. Makin lama makin cepat dan cepat sampai akhirnya aku tak tahan dan sampai pada orgasme ku yang kesekekian kali. Setelah agak lama terasa goyangan pak Saudi semakin cepat dan cepat kemudian sampai pada goyangan dia yang terakhir, tubuhnya mengejang keras sekali, suaranya melenguh setengah berteriak. Dan aku bisa merasakan kalau dia orgasme. Semburan spermanya di dalam vaginaku terasa sekali. Tak lama berselang pak Saudi mencabut penisnya dan aku didatangi oleh Kevin dan Kiswanto yang tampak sudah tidak sabar. Aku lihat Kevin membawa baby oil. “Untuk apa?” tanyaku. “Sudahlah nikmati saja” begitu kata Kevin. Karena memang gairahku masih diatas akhirnya aku tidak pedulikan lagi. Tak lama mereka memintaku untuk berposisi doggy style, dan aku iyakan saja toh aku juga terbiasa dengan gaya itu. Tapi betapa kagetnya ketika kurasakan Kevin menumpahkan baby oil di lubang pantatku dan di penisnya lalu kemudian berusaha memasukkan penisnya itu ke pantatku. Tadinya aku ingin berontak, tetapi Kiswanto memegangi tubuhku dengan erat supaya tidak berontak. Terasa sedikit sakit ketika penis Kevin mencoba untuk memasuki lubang pantatku tetapi kemudian setelah masuk terasa nikmat yang luar biasa juga. Tidak kalah dengan nikmatnya ketika masuk ke vagina. Lalu Kevin kemudian mulai untuk menggoyang penisnya di dalam pantatku. Ketika sudah lancar dan baru beberapa saat Kevin meminta merubah posisi tanpa melepaskan penisnya dari pantatnya. Kami berdua terlentang dan bertindihan dengan aku diatasnya. Sehingga makin kurasa Penis itu bergerilya di lubang pantatku. Tak lama kemudian Kiswanto menghampiri kami dan sudah siap dengan penisnya yang sudah berdiri tegak dan diarahkan ke vaginaku yang terbuka menantang. Akhirnya Kiswanto memasukkan penisnya ke dalam vaginaku berbarengan dengan Kevin dia menggoyangkan penisnya keluar masuk vaginaku. Sebuah pengalaman luar biasa yang belum aku alami sebelumnya. Aku disetubuhi dua laki-laki secara bersamaan. Benar-benar terasa nikmat sekali, ditambah lagi keduanya ditambah pak Saudi merupakan sosok lelaki gagah, tampan dan enak dipandang. Pergumulan kami bertiga tak terasa membuatku orgasme berkali-kali, karena rasa nikmat yang luar biasa. Dan akhirnya Kiswanto dan Kevin secara bersamaan mencapai orgasmenya. Kevin menggeluarkan spermanya di dalam pantatku sedang Kiswanto di dalam vaginaku. Setelah itu kami berempat membersihkan diri, dan rupanya di meja makan sudah disiapkan makanan untuk kami berempat. Setelah kami makan akhirnya aku izin untuk pulang dan tidak lupa membuat janji untuk pertemuan berikutnya dengan mereka.
Setelah kejadian itu aku merasakan tidak nafsu lagi dengan Saipul ketika dia mengajakku untuk bersetubuh. Aku hanya berusaha menjalankan kewajibanku saja. Tetapi jujur saja aku tidak merasa puas. Karena aku sudah menemukan sesuatu yang lebih diluar sana. Dan setelah semua hutang-hutang Saipul lunas aku sering kali mendatangi mereka atau salah satu dari mereka untuk minta disetubuhi. Aku sudah sampai pada taraf ketagihan yang luar biasa. Pada akhirnya aku pun jujur kepada Saipul tentang hal yang selama ini terjadi. Dia terkejut, tapi tak bisa marah karena aku melakukan itu untuk melunasi hutang-hutangnya. Setelah kutanyai apakah dia ingin menuntut cerai diriku, dia tidak mau menceraikanku dengan alasan dia masih sayang. Aku memberikan syarat kepada Saipul yaitu, aku bebas bersetubuh dengan ketiga orang itu kapanpun dan dimanapun aku mau tanpa harus dicemburui. Akhirnya Saipul menyetujuinya, karena masih menyayangiku. Pernah suatu saat ketika Saipul pulang ke rumah dia mendapati diriku sedang bersetubuh dengan ketiga pria tersebut. Ketika dia akan pergi justru dia dipaksa untuk duduk dan menyaksikan kami oleh pak Saudi, Kevin dan Kiswanto. Bahkan dia juga ditelanjangi oleh mereka didepanku. Mereka sengaja melakukan itu hanya untuk membandingkan ukuran penis mereka dan Saipul dan memang penis Saipul menjadi terlihat kecil sekali. Sebenarnya aku kasihan melihatnya diperlakukan seperti itu. Tetapi karena hawa nafsu yang sudah menguasai diriku, maka tak kuacuhkan dia dan aku hanya melayani penis-penis raksasa yang dapat memuaskan vaginaku.

Rabu, 07 Oktober 2020

Ku Nikmati Tubuh Saudara Ku Sendiri

Cerita Sex 2020 - Perkenalkan namaku Andi, kejadian ini terjadi ketika sebelum aku menikah dan berkeluarga, dulu aku tinggal di kota Jakarta Pusat, di belakang rumahku tinggal keluarga Marwan. Sebenarnya dia masih termasuk keluarga besar kami, tapi hubungan saudaraku hanya dengan bapaknya yang sepupu dari ibuku, sedangkan lisa adalah anak yang dibawa dari isti omku Marwan karena dia menikahi seorang janda dari daerah bogor. Saat aku masih dibangku SMP hingga SMA aku sering kerumah omku ini, dan karena pengaruh dari buku-buku porno dan juga film porno aku mulai berani memegang-megang bagian sensitif dari tubuh Lisa, keluarga omku Marwan tidak curiga karena aku masih mereka anggap saudara atau keponakan jauh. Dulu sering saat dia sedang menyapu aku memeluk Lisa dari belakang dan meraba-raba payudaranya atau saat aku menginap aku meremas-remas tangan dan mengelus pahanya, Lisa masih lugu saat itu dan hanya respon birahi yang di berikan tanpa dia mengerti harus bagaimana saat itu, akupun sering beronani dan membayangkan seandainya aku bersetubuh dengannya. 3 tahun berlalu, dan kini aku bekerja di perusahaan export import, Lisa pun menikah dengan Roni pria yang juga masih tetangganya di kota Jakarta. Roni adalah pria yang berprofesi sebagai ojek. Aku sudah tidak tinggal di kota Jakarta, tapi kost di daerah T yang masih dalam wilayah Jakarta juga, hal ini agar dekat dengan tempat aku bekerja. Saat itu aku sedang dinas luar, dan karena kebetulan lewat daerah Jakarta, maka aku sempatkan mampir kerumah Om Marwan untuk sekedar beristirahat sebentar, ternyata Om Marwan sedang bekerja dan istrinya teteh Indri sedang menunggu warung nasinya, yang ada hanya adik Lisa yang tuna rungu atau bisu. Saat itu pernikahan Lisa baru 1 tahun, ketika aku datang dia sedang menonton Tv dan mengenakan daster tanpa lengan.
"Hai Lis...Apa kabar?" sapaku. "Eh Andi...Lama ngga keliatan, ayo masuk...Tumben, ada apa nih?" sahutnya lembut. "Kebetulan aku lewat sini jadi sekalian mampir" Jawabku. Dia membuka lemari es dan memberiku segelas air dingin, setengah jam kemudian dari mulutnya meluncur cerita tentang Roni suaminya, dulu suaminya itu tukang jajan ke tempat prostitusi dan jika berhubungna intimpun hanya sebentar...Kadang penisnya pun tidak mau ereksi. Aku mendengarkan ceritanya dengan santai, dan akhirnya dia mengatakan soal aku dan dia dulu yang membuat jantungku berdegup keras.
"Jadi ingat dulu ya di? Saat kita masih..." Kujentikan jariku dimulutnya agar tidak meneruskan kalimatnya dan secara spontan kuremas jemari tangannya, dan kulumat bibirnya dengan penuh nafsu serta kupeluk tubuhnya erat. Lisa melenguh tanda birahinya juga mulai memuncak. "Arghhh...Di...Ahhh." Penisku sudah sangat tegang seakan akan loncat dari celana panjang kerjaku. Kini kuarahkan lidahku ke lehernya, kemudian turun kebelahan dadanya, Lisa makin mendesah hebat dan reflek tangannya membuka resleting celanaku dan mencari penisku yang sudah menegang keras. Dikocoknya penisku lembut dan perlahan, rasa nikmat menjalar diseluruh tubuhku. Kubuka tali dasternya dan kini Lisa hanya mengenakan bra dan celana dalamnya saja.
Sedangkan jari-jemari Lisa mulai melepas kemejaku, dan dengan lihai dia melepas celana panjangku, ku buka bra yang menutupi payudaranya yang masih kencang karena Lisa belum mempunyai anak, kujilat dan kuremas pelan kedua bukit indahnya itu. "Ahh... Andi...Ohh...Sayang...Terus...Enak...Ahhh" desahannya membuat libidoku makin meninggi dan meledak-ledak. Aku tak banyak membuang waktu, kulepaskan celana dalamnya yang berwarna putih dan kulepaskan juga celana dalamku, hingga penisku kini berdiri tegang bebas dan siap menuju lubang surgawi miliknya. Kuarahkan mulutku keliang vaginanya. Lalu mulai kujilati vaginanya yang sudah basah karena dia sudah mengalami birahi yang sangat tinggi, dan sesekali kuhisap pentilnya yang kemerahan. "Akhhh....Andi...Kamu apakah vaginaku...Akhhh... Bang Roni tidak pernah melakukannya....Arghhhh. Lisa mulai meracau, mungkin suaminya karena dulunya sering jajan duluar makanya jarang atau bahkan tidak mengerti apa itu foreplay. Kesempatan...kata ku Jilatan makin menggila dan Lisa mengoyangkan pinggulnya kekiri dan kekanan pertanda dia sudah lupa diri dan lupa segala-galanya bahwa kini statusnya sudah menjadi istri Roni. "Ohh...Andi...Lisa ga tahan...Masukin doong....Please...Ahhh...Masukin kontolmu di.... Kulihat Lisa sudah tidak sabar lagi untuk menggapai orgasme dan melebarkan kedua kakinya. Kuhujankan penisku ke vaginanya yang sudah basah...Lebih mudah bagi penisku dan langsung masuk ke dalam vaginanya. "Oughhh...Arghhh kontol Andi enak...Ahhh...Coba dari dulu kami lakukan ini ke aku" ucapnya. Lisa meracau tak karuan, kugenjot penisku keluar masuk vaginanya dan lambat lain makin cepat dan cepat, sehingga menimbulkan suara "Plokkk...Plokk..." 30 menit berlalu kuhujamkan penisku kedalam liang surgawinya, tiba-tiba... Vaginanya menjepit keras penisku dan dia memeluk erat serta mengigit putingku. Rupnya dia sebentar lagi akan orgasme...Kupacu penisku lebih cepat dan tubuhnya menggelepar-gelepar karena nikmatnya. "Andi...Lisa keluar" "Iya...sayang...aku juga sebentar lagi" ucapku terengah-engah. Karena penisku juga sudah mengeras dan berdenyut-denyut siap memuntahkan laharnya. "Liss...Oh aku juga keluar" Tubuhku ambruk di dadanya, dengan tubuhnya berkeringat kuelus payudaranya dan kucium bibirnya. "Lisa...Barang kamu enak." "Barang kamu juga di" sahut lisa lemas tak berdaya.
Tanpa kami sadari ada sepasang mata mengawasi dari tadi, bahkan mungkin dari awal, kulirik ruangan sebelah yang hanya tertutup tirai, kulihat disebelahku Lisa sudah tertidur pulas karena kelelahan, kuhampiri orang yang mengintipku sejak tadi, rupanya itu adalah adik Lisa, dia hanya melihat penisku yang kini sudah mulai kembali tegang. Kutunjuk dengan jari kearah penisku dengan maksud apakah dia menginginkan ini juga seperti yang dilihatnya tadi.
Kuraih tangannya untuk memegang penisku, tangannya gemetar karena aku tahu pasti dia berlum pernah di sentuh laki-laki apalagi diraba, aku takut ada orang lain lagi yang datang dan ada mata lain yang menangkap basah perbuatanku ini, maka segera kubuka bajunya dan seluruh pakaian dalamnya,kusedot dan kuhisap payudaranya dan kumasukkan jariku ke dalam vaginanya. "Uhhh...Mphhh...Shh" Mbak Mina mulai keenakan karena mungkin dia sudah hornya dari tadi melihat adeganku dengan Lisa, kuhujankan penisku agar keras kelubangnya yang masih perawan, kututup mulutnya agar tidak berteriak atau mengeluarkan suara keras. Kugenjot makin cepat dan cepat, Mbak Mina kusuruh nungging dan tangannya berpegangan pada bibir ranjang, kugenjot penisku keluar masuk, tiba-tiba dia berbalik lalu dengan ganasnya memegang penisku untuk di masukkannya ke vaginanya dari depan lalu mengajakku jatuh ke ranjangnya, kugenjot lagi dia dengan posisi normal seperti yang dia inginkan.
"Mph...Arghh....Ahhh...Akhhh" karena bisu dia tidak bisa mengatakan akan orgasme atau keluar, maka dia hanya memeluk erat dan mengigit leherku lalu terkulai lemas dengan mata terpenjam, aku harus orgasme juga dengannya,pikirku. Tidak peduli dia sudah terkulai lemas dan memejamkan matanya, kugenjot dia dengan cepat dan penisku mulai berdenyut-denyut agak lama kini aku mengalami orgasme, karena sepengetahuanku, jika pada permainan kedua laki-laki akan mempunyai daya tahan yang agak lama. Nafasku mulai terengah-engah dan sambil ku genjot vaginanya yang sudah semakin basah itu dan terus kucumbui bibirnya walaupun Mbak Mina tidak merespon atau mungkin tidak tau bagaimana cara berciuman. "Shhh....Mbak... Aku mau muncratt...arghhhh" kutumpahkan sperma ku di dalam liang vaginanya yang hangat.
Ahhh...nikmat sekali istirahatku siang ini. Kukenakan pakaianku dan kubangunkan lisa untuk berpamitan, sambil kubisikan padanya. "Lain kali kita ketemu di luar ya!!!" lisa hanya menjawab dengan anggukannya dan senyuman. Ohhh senangnya hari itu bisa bersetubuh dengan dua wanita dalam satu hari. Semenjak kejadian itu saya dan mbak Lisa bahkan Adiknya sering mengulangi adegan itu terus menerus.