Minggu, 04 Oktober 2020

Melakukan Hubungan Intim Dengan Pembantuku

Cerita Sex 2020 - Cerita ini terjadi ketika saya dan suami saya pindah ke daerah Sumatra Selatan. Sebagai pengusaha yang cukup sukses, suamiku memiliki perkebunan sawit di daerah itu, dan untuk anak kami kutitipkan bersama ibu saya yang ada di Padang. Di kota ini aku tinggal dan sengaja ikut suami sebagai pengusaha, ia ingin kudampingi sehingga tidak merepotkannya untuk pulang pergi ke Padang untuk menemuiku. Anakku yang pertama berumur 8 tahun dan yang kedua berumur 6 tahun. Sekali sebulan aku pulang menemui kedua anakku. Di rumahku kini aku tinggal dengan dua orang pembantu. Yang satu perempuan dan satunya lagi laki-laki yang bernama Reza. Ia dipekerjakan oleh suamiku karena daerahku ini amat sering terjadi perampokan dan masyarakatnya pun masih terbelakang. Pak Reza ini sangat disegani oleh masyarakat desa ini. Umurnya 42 tahun dan badannya sangat kekar. Hanya kakinya yang pincang sebelah akibat berkelahi dengan perampok beberapa tahun yang lalu. Para perampok itu berhasil dikalahkannya. Hanya saja satu kakinya pun menderita kelumpuhan akibat insiden itu. Setiap minggu, suamiku pergi ke perkebunan selama 12 hari dan bermalam di base campnya. Jadi aku terpaksa tinggal sendirian di rumah ini bersama kedua pembantuku. Letak rumahku di desa ini jauh dari pemukiman penduduk lainnya. Tidak heran jika malam hari amat sepi dari kebisingan. Saat ini umurku menginjak 29 tahun dan suamiku 31 tahun. Kami dulunya kuliah bersama. Suamiku memilih menjadi pengusaha dan aku disarankannya menjadi ibu rumah tangga, karena segala kebutuhan hidupku telah tercukupi olehnya. Suamiku amat pengertian dan mencintaiku. Hampir dua kali seminggu kami selalu melakukan hubungan suami istri yang sering membuatnya merasa puas dan orgasme. Ini membuatku semakin mencintai suamiku, Meskipun telah memiliki dua orang anak namun kami tetap mesra dan harmonis.
Suatu saat suamiku sedang ke Jakarta untuk beberapa hari. Terpaksalah aku tinggal dan di temani kedua pembantuku. Saat itu aku merasakan ada yang lain dari pembantuku yang laki-laki. Pak Reza sering mencuri pandang terhadapku. Sebagai majikkannya, aku anggap biasa saja namun lama kelamaan aku merasah aneh juga. Saya merasa maklum, sebab sebagai laki-laki normal, Pak Reza tentu juga memiliki nafsu dan keinginan, namun aku tidak mungkin berselingkuh dengan pembantuku. Aku tidak mau mengkhianati suamiku. Suatu saat, ketika aku mau ke pasar dengan menyetir mobilku, Pak Reza mencuri pandang ke arah dadaku, yang saat itu agak rendah belahannya, bulu kudukku agak merinding melihat matanya yang melotot memandang dadaku. Suamiku, karena kesibukannya, kini jarang sekali memberiku nafkah batin. Sebagai wanita normal, aku sebetulnya menginginkannya. Pada malam hari, suamiku mulai selalu pulang dalam keadaan yang lelah dan sering terburu-buru.
Suatu hari, suamiku kembali ke perkebunan. Diperlukan waktu 4 jam untuk pergi kesana. Hari itu cuaca hujan disertai guntur, namun suamiku tetap pergi ada yang perlu ia atur dengan para petani di perkebunannya. Malam itu, aku tidur sendiri di kamarku yang cukup luas. Aku tidak bisa tidur. Gairahku menghentakhentak. Aku menjadi pusing dan mencoba keluar kamar untuk minum, dengan harapan akan dapat menurunkan gairahku. Di ruang belakang, aku mendengar suara televisi yang menyala. Aku pun pergi ke situ. Rupanya Pak Reza belum tidur dan masih nonton. Sedangkan pembantuku yang wanita tadi siang pulang ke kampungnya karena ada keperluan. Jadi di rumah itu sekarang yang ada hanya aku dan Pak Reza. Lalu kusapa dia, Oooo, Pak Reza belum tidur ya? Belum, Bu Acaranya bagus, nih, katanya lagi, sambil tiduran di lantai. Lalu aku ikut duduk juga di lantai yang beralaskan permadani itu untuk nonton. Saat itu aku mengenakan kimono tidur. Bu, Bapak pulangnya kapan? Udah malam kok belum juga pulang? kata Pak Reza. Besok, Pak, kataku, Ada urusan penting di perkebunan. Oooo Hanya itu yang keluar dari mulutnya. Lalu ia berkata, Kasian juga Ibu tinggal sendirian.
Malam lagi Apa ndak takut, Bu? Oooo.. Nggak lah, Pak Kan ada Bapak. yang menjaga, jawabku. Dueeeerrrrrrrrrrrr!!!!!! Terdengar bunyi petir yang diiringi hujan dan angin badai. Aku agak takut juga, namun tidak kuperlihatkan. Terbayang olehku kalaukalau Reza memperkosaku saat ini.. Ihhhh ngeri, pikirku. Lalu aku beranjak ke kamarku Kemana, Bu? Tanya pak Reza. Saya tidur dulu Jawabku. Awas lho, Bu Ada hantunya! katanya. Husyyyyy Bapak ini koq nakutin saya? kataku. Bukan begitu, Bu. Kan Ibu dengar sendiri bunyi itu, katanya lagi. Aku diam dan coba mendengarkannya Memang ada suara gemerisik, namun tak jelas apakah karena hujan atau bukan. Aku merasa takut dan minta Pak Reza menemaniku Pak tidur di kamarku aja.. tapi dilantainya ya? kataku. Baiklah, Bu. Jawabnya sambil berdiri dan mematikan televisi. Pak Reza berjalan tertatihtatih, karena kakinya memang pincang. Ia pun masuk kekamarku dan aku berikan sebuah bantal kepadanya. Aku tidur diatas ranjang yang besar dan kosong. Mataku tak mau terpejam. Reza pun aku lihat belum tidur. Lalu kami bercerita tentang berbagai hal, mulai dari pekerjaanya sampai ke keluarganya di kampung.
u malam ini apa nggak kedinginan, tanyanya. Aku pikir ini pertanyaan yang kurang ajar dari seorang pembantu kepada majikannya. Nggak, kataku singkat. Pak Reza Gimana? Mau selimut? tawarku. Tidak usah, Bu, tolaknya. Aku turun dari ranjangku dan duduk di lantai dekat Reza. Mataku tak mau tidur, Pak Masih takut, Bu? tanyanya sambil duduk juga dekatku. Lalu tangannya melingkar di bahuku. Aku kaget dan menepiskannya. Jangan, Pak. Saya kan istri Bapak, majikan kamu? kataku. Maaf, Bu, katanya lagi sambil menjauhkan dirinya dariku. Namun entah kenapa di malam yang dingin dan suasana yang redup itu, tanpa kusadari, aku akhirnya pasrah dalam pelukan Pak Reza yang adalah pembantuku, pembantu haus sex yang butuh pelampiasan. Aku tahu ia sudah lama berminat pada diriku. Aku yang sedang dilanda kesepian akhirnya tergoda juga untuk berhubungan intim dengan Pak Reza. Apalagi suasana saat itu sangat mendukung. Beberapa saat setelah kutolak, malah aku yang lalu merapatkan tubuhku ke tubuhnya. Saat itu Pak Reza agak kaget namun ia dengan cepat dapat menangkapnya. Ia pun kembali melingkarkan tangannya di bahuku. Kali ini aku tak menolak. Beberapa waktu kemudian, kurebahkan kepalaku di bahunya yang bidang. Tampak jelas bahwa Pak Reza sangat senang mendapatkan kenyataan itu. Tanpa perlu mengucapkan sepatah kata pun, ia langsung mengerti lampu hijau yang kuisyaratkan padanya. Tangannya pun lalu mulai berani bergerilya ke sekujur tubuhku yang dibalut kimono sutra. Akhirnya aku tak bisa berbuat apaapa untuk menolaknya saat ia lepaskan satu per satu kimono tidurku hingga aku tak berpakaian sehelai benang pun. Di malam itu aku pasrahkan setiap rongga tubuhku yang putih mulus ini untuk dicumbui pembantuku yang sudah tua ini. Malam itu pun aku terima keperkasaan permainan yang disuguhkan Pak Reza kepada tubuhku. Dengan sukarela, malam itu aku disenggamai oleh pembantuku. Aku pun menikmati setiap hentakan kelamin Pak Reza yang bergerak-gerak di dalam kemaluanku. Buah dadaku pun tidak luput dari jamahan tangan kasarnya. Malam yang dingin itu, membuat kami bersama-sama sampai di pendakian birahi. Tubuhku dan tubuh Pak Reza sama-sama basah oleh keringat dan saling bercampur. Aku tidak berpikir tentang kekayaan dan wajah lakilaki yang menggauliku malam itu. Yang aku pikirkan adalah kepuasan ragawi yang diberikan pembantuku. Meskipun kakinya cacat namun ia amat perkasa mengadukaduk vaginaku.
Ada juga terbersit rasa penyesalan di dadaku karena telah mengkhianati suamiku dan menyeleweng dengan Berhubungan dengan pembantu ku yang sudah tua ini. Sampai menjelang pagi Pak Reza tidak henti-hentinya terus mengaduk-aduk kemaluanku dengan penisnya yang panjang dan besar. Semenjak kejadian itu, aku jadi terperangkap oleh permainan seks yang diberikan Pak Reza. Dengan suatu kode saja, ia akan tahu arti dan keinginanku. Di ranjang yang biasanya aku tiduri dengan suamiku ini, aku serahkan kehormatanku sebagai istri kepada Pak Reza bulat-bulat. Sampai saat ini aku masih selalu menjalaninya bersama dengan Reza saat suamiku ke Jakarta atau ke perkebunan.

0 komentar:

Posting Komentar