Senin, 05 Oktober 2020

Main Dengan Rekan Kantorku Yang Cantik

Cerita Sex 2020 - Saya adalah seorang karyawan di salah satu perusahaan swasta yang berada di Bandung. Bagian tempat aku bekerja hanya terdiri dari 8 orang, tapi walaupun orangnya sedikit, bagianku punya seorang sekretaris bagian yang khusu melayani administrasi bagianku. Sekretaris itu bernama Widya, tapi aku biasanya memanggil dia dengan sebutan mbak Widya, soalnya memang dia lebih tua 1 tahun dari saya. Mbak Widya adalah seorang yang sangat menarik, tubuhnya tinggi semampai, hampir setinggi aku, kulitnya bersih dengan bentuk body yang sempurna. Buah dadanya tidak terlalu besar, tapi kalau di lihat dari luar, aku yakin buah dada itu pasti bulat sempurna dan kenyal, karena aku sering melirik ke bagian dadanya yang membusung menantang itu. Satu lagi yang aku suka dari mbak Widya, rambut ikalnya, apalagi ditambah dengan bibir tipisnya yang sangat sensual, membuat aku tidak merasa bosan untuk memandang wanita seksi itu. Mbak Widya sebenarnya sudah menikah dan memiliki satu orang anak, tapi sayangnya suami mbak Widya yaitu mas Robi adalah seorang pelaut di kapal pesia Eropa, jadi mbak Widya sering ditinggal 6 bahkan bisa sampai 8 bulan. Oh iya, aku kenal baik dengan mas Robi suaminya, karena beberapa kali saat mas Robi kembali ke Indonesia mbak Widya dan mas Robi mengajak aku untuk jalan-jalan bersama meraka. Cerita ini dimulai saat aku mau mengeprint laporan pekerjaan. Karena printer diletakkan di meja mbak Widya, maka aku berjalan menuju meja kerjanya. Tapi sebelum sampai ke mejanya, aku melihat mbak Widya serius sekali membaca sebuah situs di layar komputernya ( Situs Cerita Sex). Aku tertawa kecil dan kembali ke mejaku, saya tidak mau mengganggu mbak Widya, karena aku hafal betul situs yang sedang dibaca oleh mbak Widya yang dimana situs itu berisi cerita cerita yang erotis. Kemudian aku menggoda mbak Widya dengan mengirim Chat lewat Whatsapp ke dia: "Hayo lagi baca apa? Nakal ya..." isi pesan ku ke dia Mbak Widya langsung membalikkan badannya dan memandang tajam kearahku, aku cuma tersenyum melihat wajah marah dan bercampur malu. "Gak baca apa-apa. Mau tau aja nih!" jawab dia masih melalui whatsapp "Gak usah malu mbak, aku juga sering baca kok" jawabku lagi Dia kembali memandangku dari jauh dengan wajah cemberutnya. "Mas Robi masih lama pulangnya ya?" "He-eh, aduh jadi malu gara-gara ketahuan" jawab Mbak Widya "Mau dibantu gak?" tanyaku menggoda "Maksudnya?" jawab dia "Ya kan mbak pasti kangen sama mas Robi, siapa tau saja bisa gantiin sementara" Jawabku sedikit nakal "Maksudnya?" tanya dia lagi, saya tidak tau dia pura-pura atau benar-benar tidak mengerti. "kan saya laki-laki juga, mungkin bisa bantu mbak kayak yang di website" jawabku tambah nakal Mbak Widya menantapku dengan pandangan marah kemudian menjawab "Awas ya, nanti aku aduin ke mas Robi, nanti baru tau rasa kamu" Aku cuma tertawa sambil menjawab "hahaha... cuma bercanda Mbak jangan di ambil serius". Aku memang sebenarnya cuma mau menggoda dia saja.
Setelah chat itu, aku tidak begitu memperhatikan mbak Widya, karena pekerjaanku sangat menumpuk pada saat itu. Hingga kemudian mbak Widya mengirim pesan lewat Whatsapp ke komputerku "Bay, lagi sibuk banget ya?" tanya melalui Whatsapp "Iyah nih mbak, kan deadline bulan depan" jawabku "Hmmmmm....." jawabnya tidak jelas Karena aneh atas jawabannya aku mengirim pesan "Ada apa mbak, apa ada masalah?" Lewat beberapa menit baru dia membalas "Bayu, masih ingat tawaran kamu waktu itu nggak?" Jujur aku lupa sekali apa yang aku tawarkan, karena pikiranku penuh dengan pekerjaanku. "Tawaran yang mana ya mbak?, maaf aku lupa nih" jawabku "Yang minggu lalu itu loh..., katanya mau bantuin aku" jawabnya lagi. Tapi karena aku benar-benar lupa, dengan polosnya aku jawab "Bantuin apa ya?" "Ya udah kalo lupa" jawabnya singkat Aku berfikir keras, aku udah janji apa ya sama dia minggu lalu. Setelah beberapa saat mengingat-ingat, aku terperangah sebentar, karena aku tidak menduga bercandaan aku yang minggu lalu jadi ditanggapin serius sama dia "Wah maaf mbak, yang situs waktu itu ya, beneran nih?" tanyaku Agak lama aku menunggu jawaban sampai dia menjawab "iya yang itu, mau nggak bantuin aku?" tanyanya lagi. Aku tersenyum kecil, mana ada si cowok yang nolak tawaran kayak gini, apalagi dari mbak Widya yang cantik itu. Aku menjawab "Wah gak usah ditanya mbak, terus gimana?" "sabtu besok datang ke rumahku ya, agak sorean aja. Tapi awas ya, rahasia ya" jawabnya. "Oke" jawabku yang mengakhiri chat.
Hari sabtu sekitar jam 4 aku sampai ke rumah Mbak Widya. Rumahnya sepi, aku tidak melihat Rina anaknya mbak Widya yang berumur 4 tahun. "Rina kemana mbak?" tanyaku saat aku sudah duduk disofa ruang tengah rumahnya. "Aku titipin kerumah neneknya" jawab dia sambil membawa minuman dari dapur. Kemudian dia tersenyum nakal. Aku cuma tertawa kecil melihat tingkahnya. Hari itu mbak Widya seksi sekali, dia memakai kaos ketat berwarna putih dengna celana pendek warna hitam. Aku tidak pernah melihat dia berpakaian seperti itu sebelumnya, tapi aku pikir mungkin dia berpakaian begitu karena tau tujuan aku datang kerumahnya dan dia sedikit berbeda kali ini. Setelah menaruh minuman di meja, mbak Widya duduk di sofa kecil yang bersebrangan dengan sofa panjang yang aku duduki. Sebenarnya aku sedikit kecewa dia memilih untuk duduk disitu, tapi pikiran itu segera sirna karena aku sibuk memperhatikan paha putihnya yang terpampang lebar karena celananya tertarik keatas saat dia duduk, ditambah dari kaus tipisnya, aku melihat bayangan bra kembang-kembang yang dikenakannya. Penisku terasa mulai menegang karena memandang wanita minim pakaian ini. Tapi sayang mbak Widya sepertinya canggung. Setiap aku mulai berbicara yang agak menyerempet, dia langsung membelokkan arah pembicaraannya ke hal yang lain. Wah gawat nih, pikirku, bisa gagal rencana karena mbak Widya takut duluan. Hingga satu saat mbak Widya terdiam, sepertinya dia kehabisan kata-kata untuk membicarakan yang lain. Kesempatan itu aku gunakan untuk duduk mendekatinya. Dari sofa yang masih terpisah, aku pegang kedua tangannya sambil aku elus perlahan. "Mbak..." kataku perlahan. Mbal Widya cuma memandangku sambil tertunduk, ada sedikit rasa takut yang terpancar dari wajahnya. "Mbak..." kataku lagi sambil menariknya untuk duduk di sofa panjang bersamaku. Mbak Widya mengikuti tarikan tangaku, masih sambil tertunduk antara takut dan malu.
Mbak Widya duduk di pojok sofa, sedangkan aku duduk di sebelahnya. Perlahan aku cium kedua tangan, mbak Widya masih memandangku sambil menunduk. Aku tahu sebenarnya mbak Widya mau, cuma takut karena ini pertama kali ada laki-laki selain suaminya yang menyentuhnya. Aku pegang kedua pipinya dan aku angkat agar aku melihat wajahnya. Saat wajah kami saling berhadapan aku melihat wajahnya seperti anak kecil yang sedang ketakutan. Aki cium keningnya untuk menenangkannya sekali lagi kemudian aku kecup kedua pipinya. Mbak Widya cuma diam sambil menutup matanya. Aku kecup bibirnya sekali, tidak ada reaksi. aku kecup sekali lagi. kali ini ada sedikit balasan. Yang ketiga kalinya aku ciumbibirnya agak lama. Mbak Widya sudah mulai berani, dia membalas ciumanku yang berangsur liar. Saat aku beranikan memasukkan lidahku ke mulutnya, dia menyambutnya dengan liar, bahkan membalas memasukkan lidahnya bergantian. Saat ciumkanku semakin liar, tak lupa tanganku mulai bekerja. Pertama-tama tanganku memegang pinggangnya yang masih kencang, kemudian dari situ aku mengelus punggungnya. Setelah itu aku mengelus perutnya, terasa perutnya rata tanpa lemak walaupun dia pernah melahirkan 1 kali. Elusanku aku turunkan ke pinggulnya. Kemudian mengikuti garis celana dalamnya, aku sampai mengelus pantatnya, kemudian aku meremas-remas pantatnya. Mbak Widya cuma melenguh kecil saat aku meremes pantatnya. Kemudian aku beranikan diri aku meremas buah dadanya, walaupun masih dari luar kaos. Taoi karena kaosnya tipis dan Branya adalanya model bra yang tipis tanpa kawat, aku dengan mudah meremas-remas kedua payudaranya yang sering aku nikmati dari jauh. Kali ini mbak Widya melenguh agak kerasa walaupun tidak melepaskan ciumanku. Aku loloskan tanganku kedalam kaosnya mencoba melepas kait branya dari belakang. Tapi mbak Widya bertindak lebih, dia membuka kaos sekaligus branya. Melihat dia membuka kaosnya, alu ikut membuka kaosku. Aku menjaga kondisiku selalu sama dengan dia, agar dia percaya. Sambil aku membuka kaos, mbak Widya menata bantal sofa yang ukurannya besar di ujung sofa kemudian dia bersandar disitu dengan pasrah. Selesai membuka kaos, aku posisikan tubuhku di antara selangkangannya, dia membuka selangkangannya agak lebar untuk memudahkanku menindihnya. Aku kembali menciumnya, kali ini sambil meremas-remas payudaranya yang memang masih sangat kenyal itu. Sekali-sekali aku cium pipi dan lehernya. Aku juga kadang-kadang menjilat lehernya hingga membuat dia bergetar beberapa saat. Ciuman aku turunkan kearah payudara kanannya. Perlahan-lahan aku kecup sekitar payudaranya tapi aku hindarkan pentilnya. Kemudian aku jilat memulat mengecil hingga akhirnya sampai ke pentil. Aku hisap sesaat kemudian aku pindah ke payudara kiri untuk memperlakukan hal yang sama. Sepertinya mbak Widya tidak sabar, kemudian dia menarik tanganku dan menekan telapakku kearah payudaranya yang besar. Aku mengerti, kemudian aku remas-remas perlahan payudaranya sambil kadang-kadang memutar-mutar pentilnya. Serangan terus ku tingkatkan. Perlahan aku elus-elus pahanya dalamnya. Mbak Widya kelojotan menerima seranganku. Aku menyusupkan tanganku kedalam celana dalamnya. Langsung terasa olehku lipatan vaginanya yang di selimuti bulu-bulu halus, sudah sangat basah disana. Tiba-tiba mbak Widya menarik celananya. Wah buru-buru sekali mbak ini aku membantu meloloskan celana pendek tersebut. Kemudian aku sendiri membuka celana panjangku. Sekarang kami sudah sama-sama telanjang. Aku tindih mbak Widya sekali lagi. Rencanaku sih aku ingin mencium bibirnya, kemudian turun ke payudaranya baru kemudian mencium vaginanya. Tapi mbak Widya sudah tidak sabaran. Dia menarik-narik peniku untuk diarahkan ke vaginannya. Hmm... sepertinya mbak Widya sudah begitu lama menahan birahinya sehingga ingin langsung tusuk saja. Aku turuti kemauannya, aku arahkan penisku ke vaginanya, tapi mbak Widya masih menggenggam penisku seakan tidak sabar agar penisku dimasukkan ke vaginannya. Aku dorong perlahan penisku hingga amblas semua, mbak Widya melenguh agak keras, badannya terasa begitu rileks seakan merasa lega akhirnya yang di idam-idamkannya tercapai juga. Mbak Widya terdiam sesaat hanya menerima kocokanku yang baru perlahan. Tapi tiba-tiba mbak Widya menjadi sangat liar, tangannya menekan erat pantatku sambil menggoyangkan pinggulnya kekanan-kekiri dengan liar, seakan kocokanku tidak cukup memuaskannya. Mbak Widya berteriak-teriak keenakan, sambil terus memutar-mutar pinggulnya mengikuti irama kocokkan penisku. Tapi tiba-tiba tubuh mbak Widya menegang sambil berteriak kencang.Terasa cairan menyemprot dari dalam vaginanya, dia orgasme hebat. Kemudian badannya terasa sangat lemas, dia memandangku dengan senyum kecil. Divaginanya terasa sangat basah, aku merasa cairan vaginanya sampai menetes keluar. Aku kocok perlahan karena aku belum apa-apa, tapi sepertinya orgasme mbak Widya begitu hebat sehingga dia tetap tergoleh lemas sambil tersenyum kecil. Akhirnya aku hentikan dan aku cabut penisku dari vaginanya, karena mbak Widya terlihat semakin lemas dan terlihan menjadi mengantuk. Akhirnya Aku angkat mbak Widya dan aku tidurkan di kamarnya. Aku tidak memakaikan pakaiannya, hanya menyelimutinya, kemudian dia tertidur. Aku memakai pakaianku kembali dan duduk di tempat tidur menemani mbak Widya yang tertidur sambil menonton televisi yang memang ada di dalam kamarnya tersebut.
Sekitar pukul 7 malam tiba-tiba mbak Widya memelukku dari belakang, kemudian menggelayut di punggungku. "eh udah bangun mbak?" tanyaku Dia cuma mengangguk sambil tetap memelukku erat."Maaf ya Bay..." katanya manja. "Maaf kenapa?" tanyaku, sambil mengelus tangannya yang melingkar ke dadaku. "Maaf tadi aku langsung tidur, padahal kamu belum apa-apa" kata mbak Widya "Terus kamu gimana?" tanyanya sambil meraba penisku dari luar celana. "Enggak apa-apa kok mbak" jawabku sambil memutar badanku. Kemudian aku memeluk tubuhnya erat. Entah kenapa aku jadi sayang sekali dengan wanita itu. Aku kecup keningnya sekali kemudian aku peluk erat lagi. "Mau diterusin sekarang?" bisik mbak Widya yang masih dalam pelukanku. "Nanti aja mbak, kita makan malam aja dulu yuk" jawabku Kemudian mbak Widya berdiri dan memakai bathrobe. "Ayo, aku dah masak tadi siang khusus buat kamu" ajak mbak Widya kearah meja makan. Selama makan malam kami bercerita panjang. Dari pembicaraan itu aku tahu kalau mbak Widya memang memiliki nafsu seks yang sangat tinggi, tapi sayangnya mas Robi suaminya jarang pulang kerumah karena tuntutan pekerjaan. Dia sebenarnya sering tidak tahan, tapi dia tidah mau menghianati mas Robi, tapi sasat bertemu aku, mbak Widya menaruh perhatian ke aku, makanya saat aku menawarkan bantuan waktu itu, mbak Widya langsung menanggapinya dengan serius. Sehabis makan kami menonton tv, kami duduk di lantai yang di alasai permadani. Mbak Widya duduk di antara selangkanganku yang kubuka lebar, dia menyandarkan tubuhnya ke dadaku, sambil aku memeluknya dari belakang. Selama nonton tv, kami seperti pasangan yang sedang dimabuk kasmaran. Mbak Widya bersikap sangat manja kepadaku sedangkan aku memanjakannya dengan senang hati. Sambil memeluk dari belakang sesekali aku membelai rambutnya dan mencium tengkuknya yang putih berish. Mbak Widya cuma melenguh pelan sambil sekali-sekali mencium tanganku yang memeluknya. Perlahan aku mulai mengelus-elus payudaranya, mbak Widya mulai duduk dengan gelisah. Apalagi saat aku meremas payudaranya, tubuhnya menegang dan melemas seirama dengan remasanku. Tangan kananku aku selipkan masuk kedalam celana dalamnya. Perlahan aku elus garis vaginanya, terasa perlahan cairan vaginanya mulai membanjiri. Tangan kiriku masuk kedalam bathrobenya langsung meremas payudaranya yang tidak dibaluti bra lagi. Sementara jari tengah tangan mulai menusuk vaginanya, terasa vaginanya berdenyut-denyut hebat. Mbak Widya tidak sabar kemudian membalikkan badannya, kemudian dia menciumku dengan ganas, sedangkan tangannya menyerbu celanaku berusaha untuk mengeluarkan penisku, aku buka ikat pingga dan resletingku sehingga mbak Widya bisa menarik penisku keluar dan mulau mengelus-elusnya. "Mbak dikamar aja yuk" ajakku. Mbak Widya cuman mengangguk. Kemudian aku menuntun dia menuju kamar tidurnya. Sampai dikamar tidur aku menelentangkannya ditengah tempat tidur, kemudian aku melepaskan bathrobe dan celana dalamnya sehingga dia telanjang bulat. Kemudian aku melepaskan baju dan celanaku sheingga akupun juga telanjang bulat. Perlahan aku merangka di atas tubuhnya untuk memposisikan tubuhku di antara selangkangannya. Kemudian aku mencium bibirnnya perlahan. Ciuman aku turunkan kelehernya, sesekali aku jilat lehernya. Ckiuman kemudian aku turunkan kembali ke payudaranya. Di situ aku menyedot pentil dan meremas-remas payudaranya sesekali pentilnya aku gigit kecil untuk memberinya sensasi. Ciuman aku turunkan lagi ke perutnya yang rata tersebut. Disitu aku baru sadar ternyata pinggul mbak Widya sangat bagus. Aku cium pinggulnya kemudian paha dalamnya. Aku sengaja melewatkan vaginanya untuk sasaran akhir. Dari pahanya aku cium betisnya sampai aku cium ujung kakinya. Selanjutnya gerakkan aku balik, aku cium betinys, kemudian aku cium pahanya, selanjutnya, perlahan aku kecup vaginanya. Aku tatap wajah Mbak Widya dari anatara selangkangannya, wajahnya terlihat tegang menunggu hal selanjutnya yang aku kerjakan. Kemudian aku kecup vagina itu sekali lagi. Dengan menggunakan jariku, dan kemudian aku jilat bibir vaginanya kiri dan kanan perlahan. Selanjutnya dengan gerakan pasti jilatan aku arahkan ke klitorisnya. Klitorisnya tidak terlalu besar tapi cukup mudah untuk dijilat dan aku hisap perlahan. Pinggul mbak Widya semakin tidak tenang, dia seakan menghindar jilatanku tapo tangannya menekan kepalku untuk menjilat terus klitorisnya . Cairan vaginanya keluar sangat banyak.
Kemudian aku sejajarkan tubuhku dengan tubuhnya, dia mengerti kalau aku ingin penetrasi ke vaginanya. Tapi aku tunda sebentar, aku cuma menggosok-gosokkan kepala penisku ke bibir vaginanya. Dia meringis seperti protes karena aku berlama-lama, aku cuma membalasnya dengan senyum kecil, Dia mencoba menekannya sekali lagi, tapi aku tahan. Dia menatapku dengan wajah protes, dia terlihat frustasi. Dia mencobanya menekannya sekali lagi, tapi tetap aku tahan, dia semakin frustasi, kemudian aku kecup bibirnya sekali dan aku masukkan penisku sampai mentok. "Kamu jahat sayang...kamu jahat..." bisik mbak Widya saat aku memeluknya erat setelah memasukkan penisku. Aku pompa penisku ke vaginanya perlahan, dan mbak Widya meresponnya dengan mengikuti gerakanku. Walaupun sebenarnya ini posisi yang konvensional, tapi entah kenapa terasa begitu nikmat. Mungkin karena aku sudah merasakan benih-benih cinta dan mbak Widya pun begitu sehingga terasa setiap gesekan penisku dan vaginanya seperti menyalurkan energi cinta diantara tubuh kami. Aku bangkit dan berlutut diantara selangkangannya dengan penisku masih di dalam vaginanya. Aku taruh jari tengahku ke mulutnya, dan aku hentikan gerakan penisku, pertama-tama dia bingkung, tapi kemudian dia menghisap perlahan jariku. Saat dia menghisap jariku, gerakan penisku aku selaraskan dengan gerakan hisapnya. Dia tersenyum lebar, mbak Widya mengerti permainan ini, kemudian dia mulai menghisap mengikuti bagian mana dari vaginanya yang ingin ditusuk penisku. Lama-lama gerakan hisapannya makin cepat sehingga aku makin susah menyelaraskan gerakkannya dengan penisku, seperti dia sedikit orgasme. Aku tarik jariku dan aku menindihnya dengan gaya konvensional. Perlahan aku pompa vaginanya kadang pelan, kadang cepat. Mbak Widya terlihat makin dekat dengan orgasmenya, badannya makin tegang. Tak lama tubuh Mbak Widya melengkung sambil dia terpekik kecil, vaginanya terasa licin sekali. Aku percepat pompaanku dan akupun menekan penisku dalam dalam sambil menyemprotkan spermaku ke rahimnya. Kemudian aku memeluknya sambil membisikkan "Aku cinta kamu Mbak". Mbak Widya tersenyum kemudian memelukku erat seperti tidak mau dilepaskan.

0 komentar:

Posting Komentar